Kecelakaan Kapal di Selat Bali, BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Semua Moda Transportasi

Jumat 04-07-2025,11:36 WIB
Reporter : Meylia Muji Astutik*
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem yang bisa mempengaruhi bahkan membahayakan transportasi udara maupun laut. 

Hal ini menyusul insiden tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya yang mengangkut puluhan penumpang dan kendaraan dilaporkan tenggelam di perairan Selat Bali, Rabu malam, 2 Juli 2025, sekitar pukul 23.35 WIB.

Kapal tersebut dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Koordinator Pos SAR Banyuwangi Wahyu Setia Budi membenarkan bahwa kapal bertolak pada pukul 22.56 WIB dan tenggelam sebelum tiba di pelabuhan tujuan.


Proses evakuasi empat penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali pada Rabu malam, 2 Juli 2025, oleh tim SAR gabungan --

“KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 53 orang penumpang, 12 kru kapal, dan 22 unit kendaraan,” ujarnya saat dihubungi dari Situbondo, Kamis dini hari.

BACA JUGA:BMKG dan BNPB Perkuat Koordinasi Hadapi Ancaman Tsunami Multisumber

BMKG menyebut potensi cuaca masih dinamis dan berpotensi ekstrem. Hal ini bisa mempengaruhi bahkan membahayakan semua moda transportasi. Utamanya laut dan udara.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya merupakan salah satu bukti nyata dampak cuaca ekstrem yang telah diperingatkan sejak beberapa waktu lalu.

“BMKG telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem, termasuk untuk sektor pelayaran. Kondisi atmosfer dan laut saat ini masih sangat dinamis dan berbahaya,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers, Kamis, 3 Juli 2025.

BMKG mencatat bahwa sejak awal Mei hingga awal Juli 2025, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami curah hujan di atas normal.


Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan wilayah Jawa Barat menjadi prioritas OMC.--Anisha Aprilia

Pada hari kejadian, 2 Juli 2025, wilayah seperti Deli Serdang dan Papua Barat bahkan mencatat curah hujan ekstrem melebihi 100 mm.

BACA JUGA:Sudah Kemarau Tapi Sering Turun Hujan, BMKG Jelaskan Fenomena Kemarau Basah

BACA JUGA:Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya Jadi Alarm Serius, Pakar ITS Soroti Kelalaian dan Sistem Muatan Kapal

Kategori :