Sementara itu, Vladimir Putin juga tidak hadir karena statusnya sebagai terdakwa kejahatan perang, namun akan mengikuti pertemuan secara virtual melalui sambungan video, menurut pihak Kremlin.
BACA JUGA:Solidaritas Global South dan BRICS, Gerakan Dehegemonisasi Ekonomi Barat?
Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga absen dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi. Iran dilaporkan mendorong pernyataan BRICS untuk mengecam lebih keras serangan udara Israel dan Amerika Serikat terhadap instalasi militer dan nuklir Iran baru-baru ini.
Namun, menurut sumber diplomatik, teks pernyataan akhir hanya akan mengulang pesan yang sama seperti bulan lalu, sebagaimana BRICS menyampaikan kekhawatiran besar atas serangan terhadap Iran tanpa secara eksplisit menyebut Israel atau AS sebagai pelakunya.
Selain isu perdagangan dan geopolitik, pertemuan puncak BRICS juga membahas agenda penting lain, seperti pengembangan kecerdasan buatan, kesehatan global, dan reformasi sistem keuangan internasional.
BACA JUGA:Setelah BRICS, Prabowo sebut Indonesia Akan Bergabung dengan OECD, CPTPP, hingga Indo-Pacific Forum
Dalam forum bisnis pra-KTT, Presiden Lula menyampaikan pentingnya memperkuat kerja sama negara berkembang di tengah meningkatnya proteksionisme.(*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.