Pun, sekaligus mendorong anak-anak untuk meniru semangat orang tua yang bekerja sebagai petani tersebut.
"Mereka yang sudah sepuh mau bertani. Mau bekerja dan berusaha. Dan tetap ceria. Seperti tokoh Mbah Putri dan Mbah Kakung. Anak-anak harus mencontoh mereka," tambah perempuan 43 tahun itu.
Ranggi Jaka Karosa dengan kreasi boneka reyognya yang terbuat dari pakcoy. Ia ikut ambil bagian dalam pementasan Pappermoon Puppet Theatre.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY
Setelah itu, para anggota Papermoon Puppet Theatre mengajak anak-anak untuk membuat boneka secara langsung dari sayur-mayur. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok.
BACA JUGA:Jazz Gunung Bromo 2024 Tampilkan Elfa’s Singer, Legenda Memang Beda!
Anak-anak itu berlomba dengan imajinasinya masing-masing. Ranggi Jaka Karosa, misalnya, ia membuat boneka reyog.
Bagian dadak meraknya menggunakan pakchoy yang dilebarkan. Kemudian sisi kepalanya menggunakan kubis berukuran kecil.
"Ini reyog. Kepalanya bisa digerak-gerakkan seperti ini," ujar siswa kelas VI tersebut, sembari menggoyang-goyangkan pakcoy dadak merak tersebut.
BACA JUGA:Residensi Bromo Jazz Camp Sempurnakan Latihan Jelang Tampil di Jazz Gunung Bromo 2024
Begitu pun siswa lain. Seperti Alexa Helga Alfredo, siswa kelas 5. Ia membuat bonekan yang kepalanya terbuat dari kubis, badannya pakcoy, sedangkan kaki, tangan, dan matanya dibuat dari potongan wortel.
Papermoon Puppet Theatre telah 20 tahun berkarier di dunia teater boneka. Mereka menyajikan berbagai tema. Seperti tentang sosial, lingkungan, dan lain-lain.
Kreasi boneka sayuran karya anak-anak SDN Jetak, Probolinggo, usai mengikuti pementasan Papermoon Puppet Theatre bertajuk Before Sunrise.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY
Boneka mereka bagian wajahnya terbuat dari kertas. Sedangkan bagian tubuhnya terbuat dari rotan yang disambung dengan potongan-potongan kayu.
BACA JUGA:Hari Kedua Jazz Gunung Bromo 2024, Tampilkan Vina Panduwinata hingga Gigi Jazz Project
Dalam 17 tahun penyelenggaraan Jazz Gunung, kelompok tersebut pertama kali tampil. Pun, sebagai penampil pertama sebelum konser pasa sore harinya yang ditampilkan oleh berbagai musisi jazz. Serta pertama kali pula mereka menggandeng sekolah setempat. Yakni SDN Jetak.
Itu membuat gelaran BRI Jazz Gunung Bromo tahun ini terlihat unik dan berbeda. Selain untuk Jamaah Al-Jazziyah, komunitas penggemar event tersebut, Jazz Gunung saat ini mengajak pula anak-anak sekolah dan masyarakat setempat. Semua ikut menikmati. (*)