Setelah seminar, acara dilanjutkan dengan sesi focus group discussion (FGD) yang lebih santai, tetapi mendalam. Dalam diskusi itu, peserta dibagi dalam kelompok kecil untuk membahas tantangan yang mereka hadapi dalam proses digitalisasi.
Diskusi dipandu langsung oleh mahasiswa KKN dengan pendekatan partisipatif.
MAHASISWA KKN UINSA melakukan diskusi kelompok kecil dengan peserta seminar dari pelaku UMKM. -istimewa-
Berbagai persoalan muncul dalam diskusi tersebut. Misalnya, kurangnya pemahaman soal konten digital, kesulitan membuat akun toko online, hingga keterbatasan dalam mengambil foto produk yang menarik. Namun, diskusi juga memunculkan banyak solusi dan ide kolaboratif dari peserta sendiri.
Salah seorang peserta, Bu Siti Cholifah, pengusaha jamu herbal alami, mengaku senang bisa mengikuti diskusi itu.
”Kesannya berjumpa dengan anak-anak KKN seneng bisa sharing-sharing, bisa diajarin cara pemasaran digital. Jadi, ada angan-angan pulang dari kegiatan ini ingin memasarkan produk melalui Shopee sebagai hasil dari pertemuan pagi hari ini...” ujar dia sambil tersenyum.
BACA JUGA:Kesempatan Mahasiswa Bidikmisi Ikut KKN Internasional
BACA JUGA:Mahasiswa KKN Untag Surabaya Ciptakan Alat Press Minyak untuk UMKM
Koordinator KKN 37 UINSA Lukman Hakim menyampaikan bahwa kegiatan itu berdampak positif bagi pelaku UMKM karena jarang ada kesempatan bagi mereka untuk berkumpul, berdiskusi, dan saling berbagi wawasan yang bermanfaat bagi usaha mereka.
”Forum semacam ini juga dapat mempererat jejaring antarpelaku usaha, yang pada akhirnya mendorong kolaborasi dan pertumbuhan bersama,” jelas Lukman.
Tak hanya berhenti di seminar dan diskusi, mahasiswa KKN juga berkomitmen untuk memberikan pendampingan lanjutan kepada beberapa pelaku UMKM yang ingin serius memulai branding digital.
Dalam waktu dekat, akan dilakukan pelatihan lanjutan tentang cara memotret produk secara menarik menggunakan ponsel serta penulisan caption yang persuasif di media sosial.
Dalam sesi penutup, para peserta menyampaikan harapan agar pelatihan semacam itu tidak berhenti pada satu kali pertemuan. Mereka menginginkan adanya kerja sama berkelanjutan antara kampus dan desa agar pelaku UMKM terus mendapatkan pendampingan.
Dengan bekal wawasan baru, semangat kolaboratif, dan dukungan mahasiswa, UMKM di Desa Lebakrejo kini makin siap untuk menghadapi era digital. Dari desa kecil di Pasuruan, mereka mulai menata langkah untuk menembus pasar yang lebih luas.
Melalui penyusunan laporan, rencana pendampingan langsung, dan semangat digitalisasi yang mulai tumbuh, mahasiswa KKN 37 UINSA membuktikan bahwa sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat desa mampu mendorong kemajuan UMKM secara nyata dan berkelanjutan.
Penyerahan bantuan aset visual menjadi simbol komitmen bersama untuk mendukung transformasi ekonomi lokal menuju era digital yang lebih inklusif. (*)