BACA JUGA:Dahlan Iskan Adalah Jawa Pos (2-Habis): Ketika Media Menggugat Diri Sendiri
Saya pikir, mengapa presiden RI selaku kepala negara jiper pada orang yang diasumsikan bakal memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia?
Berarti, orang yang diduga itu sangat kuat. Terlalu kuat. Sebab, jika orang itu kuat biasa saja pasti sudah ditumpas TNI karena persatuan dan kesatuan bangsa fondasi berdirinya negara.
TNI, atas instruksi presiden RI, mustahil kalah. Pemberontak, apalagi penghasut pemberontakan, ibarat peyek teri dikeremus TNI tanpa nasi. Kata orang Surabaya, digado.
BACA JUGA:Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (1): Sukses Membesarkan, tetapi Bukan Pemilik Tunggal
BACA JUGA:Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (3-Habis): Garap Pembaca Muda di Tengah Disrupsi Media
Akibat abolisi-amnesti itu, preseden buruk. Hampir pasti, buruk. Tidak hanya berpotensi memunculkan kasus korupsi serupa Tom dan Hasto kelak. Tidak cuma itu. Tapi, negeri ini jadi hutan tropis yang nyaman bagi tikus-tikus koruptor untuk bersembunyi.
Mereka bisa ngumpet di tempat nyaman, semak paling belukar di hutan ini. Sebab, contohnya sudah terbukti ada: Tom-Hasto.
Calon koruptor atau koruptor bisa bilang begini, ”Terdakwa dan terpidana korupsi yang itu saja diampuni negara, masak saya yang koruptor ’biasa’ dipenjara? Di mana asas adil dan makmur bangsa kita? Di mana?”
BACA JUGA:Suatu Hari… di Jawa Pos
BACA JUGA:Jawa Pos Adalah Monster
Ya… adil dan makmur jadi bermakna begini: keadilan dan kemakmuran bagi sesama koruptor. Ada terpidana koruptor diampuni negara, ada koruptor dihukum penjara. Itu tidak adil.
Sedangkan kemakmuran, pastinya semua koruptor makmur. Kaya harta, dihormati semua tetangganya karena diharapkan memercikkan sedikit sumbangan uang ke tetangga, dikagumi masyarakat Indonesia yang kian materialistis ini.
Kata kuncinya: Kalau mereka (Tom-Hasto) bisa, mengapa saya tidak? Kalau mereka bisa, mengapa di kasus Jawa Pos tidak?
Jika dibandingkan dengan kasus Tom-Hasto, apalah arti kasus Jawa Pos ini. Kecil… Cuma seujung kuku jari daripada kasus Tom-Hasto. Kalau kasus Tom-Hasto menarik perhatian nasional, seantero Indonesia, kasus Jawa Pos cuma beberapa karyawan Jawa Pos dan mantan Jawa Pos. Plus beberapa tetangga mereka.