HARIAN DISWAY - Siapa pun pasti pernah overthinking. Tak terkecuali Generasi Z. Bahkan mental overthingking dinilai identik dengan para Gen Z.
“Apa pilihanku salah?”
“Kenapa, aku seperti ini terus, ya?”
“Gimana kalau gagal?”
BACA JUGA:Lagi Patah Hati atau Overthinking? Taylor Swift Punya Lagu Buat Semua Mood
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering dilontarkan pada diri sendiri atau muncul dalam benak Gen Z.
Di balik senyuman, unggahan kata “happy” dan unggahan di media sosial yang estetik, banyak dari mereka diam-diam berkelahi dengan overthinking.
Overthinking bukan hanya memikirkan sesuatu. Tetapi pola pikir yang berulang secara berlebihan dengan disertai kekhawatiran, rasa bersalah, atau kemungkinan buruk lainnya.
BACA JUGA:5 Tip Mengatasi Overthinking di Malam Hari
Pikiran-pikiran itu membuat seseorang akan merasa kelelahan secara fisik maupun psikologis, dengan otak akan selalu bekerja walaupun dalam waktu senggang.
Sikap itu dinilai identik dengan Gen Z karena mereka tumbuh dalam era digital. Dengan budaya yang serba cepat serta ekspetasi dan tekanan sosial yang tinggi. Mereka dituntut untuk menemukan passion, mencapai kesuksesan di usia muda, dan tampil sempurna.
Berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Seperti Baby Boomers dan Generasi X. Mereka lebih memiliki pola hidup terstruktur dan stabil, loyal terhadap pekerjaan, dan sederhana. Selain itu, terdapat faktor lainnya yang memicu sikap overthinking pada Generasi Z.
BACA JUGA:Menerapkan Self Love di tengah Gempuran Overthinking
Persaingan ketat dalam dunia akademik dan karir memberikan tekanan, sehingga muncul perasaan takut gagal.--freepik.com
Pertama, penggunaan media sosial yang berlebihan. Media sosial menjadi ruang untuk saling mempertontonkan kesempurnaan hidup. Sehingga terkadang muncul dorongan membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain.