Layar Tua, Samudra Baru: 80 Tahun Indonesia di Panggung Dunia

Selasa 19-08-2025,13:54 WIB
Oleh: Eko Ernada*

Bagi Indonesia –dengan ratusan juta pengguna internet –diplomasi publik digital dan keamanan siber menjadi dimensi strategis. Mengacu pada teori soft power, kemampuan memengaruhi persepsi global melalui ruang digital kini sama krusialnya dengan kekuatan ekonomi atau militer.

Seiring memasuki dekade kesembilan kemerdekaan, Indonesia berada di persimpangan sejarah yang jarang terulang: memiliki modal legitimasi moral, posisi strategis geografis, dan kekuatan demografis yang sulit ditandingi. 

Tantangannya adalah memastikan semua modal itu tidak terbuang dalam siklus krisis global yang makin cepat. Di sinilah perlunya konsistensi visi: memadukan pengalaman historis sebagai penengah konflik dengan keberanian memasuki medan baru seperti tata kelola digital dan energi bersih. 

Di masa depan, bukan mustahil Indonesia tidak hanya ”ikut serta” dalam percaturan global, tetapi menjadi salah satu pengarah arah arusnya.

Seperti nakhoda berpengalaman, kita harus memahami bahwa layar tua bukanlah simbol kelemahan, melainkan penanda pengalaman. Sejarah memberikan bekal arah, tetapi masa depan menuntut keberanian mengubah haluan jika perlu. 

Dari Bandung ke BRICS, dari samudra analog ke lautan algoritma, Indonesia berlayar membawa keyakinan bahwa di tengah riuh rendah dunia, kita mampu menjaga kompas pada nilai-nilai kemerdekaan, kemanusiaan, dan keadilan. 

Sebab, pada akhirnya, bukan badai yang menentukan arah layar, melainkan kemauan kita mengendalikan tali-temalinya. (*)

*) Eko Ernada adalah dosen hubungan internasional, Universitas Jember.

 

Kategori :