BACA JUGA:Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir Bantah Kabar soal Tunjangan Beras Naik Hingga Rp12 Juta
Meski citranya sebagai musisi idealis masih melekat, fakta di lapangan menunjukkan Pasha bukanlah sosok yang vokal menentang institusinya.
Ia lebih dikenal sebagai politisi pragmatis yang memilih beradaptasi dan mengikuti arus politik.
Karena itu, klaim dalam video viral yang menyebut ia mundur karena kecewa tidak sejalan dengan kenyataan.
Ada dua faktor yang membuat isu mundurnya Pasha mudah dipercaya.
BACA JUGA:Usulan DPR soal Gerbong Merokok Ditolak, KAI Tegaskan Komitmen Larangan Rokok di Kereta
Pertama, Pasha adalah figur publik yang sudah lama dikenal, sehingga setiap kabar tentangnya cepat mencuri perhatian.
Kedua, citranya sebagai “orang luar” di dunia politik masih kuat di benak publik.
Kombinasi keduanya membuat narasi “mundur karena muak” terdengar relevan dan emosional, meski sama sekali tidak benar.
BACA JUGA:Tunjangan Rumah DPR RI Bisa Habiskan Rp1,74 Triliun per Periode, ICW Desak Transparansi
BACA JUGA: Polemik Royalti Musik, DPR Siap Merevisi UU Hak Cipta
Isu hoaks soal mundurnya Pasha Ungu dari DPR bukan sekadar kabar palsu biasa. Hal itu menunjukkan bagaimana citra seseorang bisa dimanfaatkan untuk membangun cerita yang tak sesuai kenyataan.
Pasha sendiri bukan sosok yang suka melawan arus, melainkan politisi yang realistis dan mengikuti sistem.
Tapi, karena citranya yang berbeda dari politisi kebanyakan, ia jadi target empuk bagi narasi viral yang menggiring opini publik. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi English for Creative Industry Universitas Kristen Petra