Latte Dad vs Fatherless, Kesenjangan Peran Ayah dalam Mengasuh Anak

Jumat 12-09-2025,12:00 WIB
Reporter : Fitri Aprilia Alfina*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

HARIAN DISWAY - Latte Dad atau dalam bahasa Swedia Latte Pappa telah menjadi topik perbincangan masyarakat global.

Anda sudah tahu, istilah itu merujuk pada konsep tentang keterlibatan orang tua laki-laki dalam pengasuhan dan perkembangan anak. 

Di Swedia, pemerintah memberlakukan kebijakan cuti berbayar bagi orang tua selama 480 hari.

BACA JUGA:Skala Prioritas Pria Setelah Menikah: Menyelaraskan Peran sebagai Anak, Suami, dan Ayah

Masing-masing orang tua mendapat cuti khusus selama 90 hari yang tidak dapat dialihkan kepada pasangannya.

Pemberlakukan cuti tersebut bersifat fleksibel dan dapat diambil hingga anak berusia 12 tahun. 

Tak hanya kebijakan pemerintah, budaya kerja di Swedia mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Budaya itu berkontribusi terhadap hadirnya ayah bagi tumbuh kembang anak. 

BACA JUGA: 4 Dampak Fatherless terhadap Anak Perempuan dan 3 Solusi Mengatasinya

Di jalanan kota, taman maupun pusat perbelanjaan, pemandangan seorang ayah berlalu-lalang menggendong anak atau mengasuh anaknya menggunakan stroller adalah hal yang wajar.

Tak jarang para orang tua berkumpul berbincang bersama di sebuah kafe dengan anak dalam gendongan mereka.

Bahkan banyak dari mereka yang mengikuti kelas atau komunitas pengasuhan anak. 

BACA JUGA:Kisah Paus Fransiskus Menjawab Pertanyaan Emanuele: Apakah Ayahnya yang Ateis Ada di Surga?

Dampak positif dari keterlibatan ayah dalam tumbuh kembang anak sangatlah besar. Anak-anak yang tumbuh dengan peran ayah memiliki kepercayaan diri yang tinggi, pengendalian emosi yang baik, bahkan kemampuan kognitif yang lebih berkembang. 

Selain itu, keterlibatan ayah membuat anak terhindar dari rasa kesepian atau rasa diabaikan. Itu mampu memengaruhi kesehatan mental anak di masa depan.


Ilustrasi momen hangat antara seorang ayah dan anaknya sambil bersepeda--freepik.com 

Kategori :