Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (17): Belajar Panen Energi Bareng China Datang

Selasa 09-09-2025,15:32 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Berdasar agenda, pelatihan itu memang berpusat di Inner Mongolia. Kunjungan meliputi kantor pusat CDTO di Hohhot. Juga Tuoketuo Power Plant, yang kapasitasnya mencapai skala gigawatt. Tercatat sebagai salah satu pembangkit termal terbesar milik Datang.

BACA JUGA:Para Penerima Beasiswa ITCC ke Tiongkok (1): Wujudkan Cita-Cita Ibu

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

Dari sana, peserta terbang ke Chifeng untuk sesi intensif di Chifeng Training Center. Itulah pusat yang dirancang untuk simulasi operasi tenaga angin, pemeliharaan gardu, dan pelatihan turbin. Rangkaian kunjungan juga menyertakan pabrik gasifikasi batubara-ke-gas dan stasiun fotovoltaik yang dibangun untuk kontrol dan rehabilitasi lahan berpasir. 

Tujuan program pelatihan itu memang menjulur ke segala lini. Ia adalah transfer keterampilan: teknik pemeliharaan turbin, protokol keselamatan, prosedur operasi gardu, hingga praktik pemantauan produksi.

Di sisi lain, ini soal menyamakan budaya kerja. Sebuah upaya agar proyek di luar negeri mengadopsi praktik yang dipandang efisien dan aman di pusat operasi.

Langkah itu relevan, mengingat China Datang kini mengelola portofolio luas. Termasuk proyek tenaga surya 263 MW di Buka, Uzbekistan. Proyek itu ditargetkan menghasilkan rata-rata 540 GWh per tahun setelah beroperasi penuh. 

Begitu juga di Laos. Pak Beng Hydropower di Laos merupakan proyek besar dengan kapasitas terencana 912 MW. Itu bagian dari upaya konektivitas energi regional yang melibatkan beberapa mitra.


KAWAN SEPERJALANAN, dari kiri, Harian Disway, Sigit Sulistyono, dan Subhan Hasisi Syai.-Dokumen Pribadi-

Di Indonesia, proyek-proyek Datang — Meulaboh, Kendari, Kalteng, Sumsel — bukan hanya soal kapasitas megawatt. Beberapa fasilitas itu juga mendapat pengakuan atas praktik keselamatan dan kinerja. Pengetahuan teknis yang ditransfer di Inner Mongolia diharapkan memperkuat operasi dan keamanan instalasi tersebut. 

Tetapi, di sela-sela pelatihan yang teknis banget itu, tetap ada kunjungan yang sifatnya lebih ’’santai.’’ Misalnya ke Istana Terlarang dan Tembok Raksasa setelah pelatihan di Inner Mongolia rampung. Artinya, pelatihan teknis tersebut disandingkan dengan pemahaman konteks sosial-budaya tuan rumah.

Hingga selepas makan malam di Sheraton Hotel, Hohhot, tadi malam, antusiasme peserta pelatihan masih terjaga. Diterpa udara Inner Mongolia yang lebih sejuk dibanding Beijing, mereka tak langsung tidur. Masih berjalan-jalan menikmati penggal jalan Hohhot. Ditemani bulan yang masih purnama penuh… (*/bersambung)

Kategori :