Di tengah suasana itu, profesor asal Roma itu juga menyinggung isu seksualitas secara lebih luas. Ia menyebut seksualitas adalah hak kebebasan semua orang, tapi kebebasan itu selalu diiringi tanggung jawab.
"Seksualitas haruslah berekspresi, karena itulah yang membedakan kita (manusia) dengan hewan. Namun kebebasan sangat erat kaitannya dengan tanggung jawab, tak bisa dipisahkan," tandasnya.
Menghadapi kenyataan bahwa kasus pedofilia masih kerap muncul di Indonesia, Dekan Fakultas Psikologi UKWMS, Agnes Maria Sumargi, menyebut kehadiran profesor Italia itu sangat relevan.
"Memang Profesor Pacciolla ini punya keahlian di bidang psikologi forensik. Kebetulan di Psikologi UKWMS ada mata kuliah Psikologi Forensik, jadi saya pikir ini akan menjadi sangat penting," ujarnya.
BACA JUGA:KOMINDO UKWMS Buat Game Ular Tangga, Kampanyekan Anti Hoaks
BACA JUGA:Movie Talkshow Korean Cinecon 2024 Bersama Fikom UKWMS, Kupas Tuntas Film Pilot (2024)
Profesor Pacciolla Aureliano ketika menjelaskan tindakan pencegahan pedofilia dan edukasi terhadap anak.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY
Tak hanya membahas teori, Aureliano juga menekankan urgensi edukasi sejak dini. Anak-anak, katanya, perlu diberitahu bahwa ada bagian tubuh tertentu yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun.
Edukasi semacam itu, menurutnya, bisa disampaikan lewat buku atau kartun agar lebih mudah dipahami. "Kita harus memperkenalkan pada anak situasi yang berisiko pedofilia. Kemudian harus segera melapor ketika sang anak berada dalam situasi tersebut," tambahnya.
Meski demikian, ia mengaku jujur bahwa menyembuhkan pelaku pedofilia hampir mustahil. "Untuk membuat pelaku pedofilia agar tidak berfantasi, itu susah. Karena memang sudah gangguan. Jadi yang bisa kita lakukan adalah menjaga emosinya, itu tugasnya psikolog," imbuhnya.
Jawaban itu memicu diskusi baru: apakah psikologi cukup kuat untuk menangani fenomena yang begitu kompleks itu? Diskusi pun terus berlanjut, penuh dengan pertanyaan-pertanyaan kritis yang membuat ruangan terasa hidup.
BACA JUGA:Fiersa Besari dan Ziva Magnolya Buat Maba Galau di Dies Natalis ke-64 UKWMS
BACA JUGA:UKWMS dan PERBANUSA Gelar Edukasi Pembuatan Bio Briket di Kampoeng Oase Ondomohen
Suasana serius bercampur rasa ingin tahu, menjadikan workshop itu lebih dari sekadar forum ilmiah. Namun menjadi ruang refleksi bersama. Workshop internasional ditutup dengan sebuah benang merah.
Pedofilia bukan hanya isu medis atau psikologis, melainkan persoalan kemanusiaan yang menuntut kepedulian bersama. Edukasi, keberpihakan pada korban, dan kolaborasi lintas bidang menjadi kunci.
Dengan menghadirkan pakar internasional seperti Pacciolla Aureliano, Fakultas Psikologi UKWMS berharap wawasannya dapat memperkuat langkah akademisi, praktisi, hingga masyarakat dalam melindungi anak-anak dari ancaman pelecehan seksual. (*)