Nepo Kids di Nepal

Sabtu 13-09-2025,04:33 WIB
Reporter : Dhimam Abror Djuraid
Editor : Yusuf Ridho

NEPAL diguncang unjuk rasa berdarah yang melengserkan Perdana Menteri K.P. Sharma Oli. Demonstran membakar sejumlah gedung pemerintah, termasuk gedung parlemen. Sebanyak 22 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka karena bentrokan dengan polisi.

Demonstrasi yang meluas dipicu oleh kekecewaan rakyat terhadap kegagalan pemerintah dalam menangani kemiskinan. Di sisi lain, keluarga pejabat pamer kekayaan dengan melakukan flexing di media sosial.

Beberapa video di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram menunjukkan kerabat pejabat pemerintah dan menteri bepergian atau berpose di samping mobil mahal. Mereka juga mengenakan pakaian bermerek dari desainer ternama.

BACA JUGA:Gelombang Protes Massa di Nepal Parah, Pejabat Diserang, Rumahnya Dibakar

BACA JUGA:Generasi Z Guncang Nepal, PM KP Sharma Oli dan Presiden Paudel Mundur

Nepal adalah negara dengan dua partai yang berhaluan marxisme kiri. Namun, dalam beberapa tahun terakhir terjadi kesenjangan ekonomi dan sosial yang sangat lebar, yang mengakibatkan munculnya ketidakpuasan publik yang luas.

Publik kecewa karena anak-anak pejabat itu pamer kekayaan tanpa rasa malu. Mereka dijuluki sebagai ”Nepo Kids” atau anak-anak nepotisme. Disebut demikian karena mereka menjadi kaya raya karena korupsi dan nepotisme yang dilakukan orang tuanya.

Kemarahan terhadap anak-anak nepo  mencerminkan frustrasi publik yang meluas. Masyarakat terkejut bagaimana para elite politik, orang tua dari anak-anak nepo, yang dulu hidup sederhana sebagai pekerja partai, kini memamerkan gaya hidup mewah yang berlebihan.

BACA JUGA:Demonstrasi Ricuh di Nepal Tewaskan 19 Orang, Ratusan Luka-luka

BACA JUGA:Larangan Sosial Media Picu Demo Berdarah di Nepal

Gerakan itu tidak dikendalikan oleh sebuah organisasi yang punya struktur dan hierarki. Gerakan tersebut meluas justru karena tidak mempunyai kepemimpinan tunggal. Para demonstran bergerak dan mengorganisasikan diri melalui platform media sosial.

Motor gerakan itu adalah anak-anak generasi Z yang marah menyaksikan kesenjangan sosial dan ekonomi yang menganga. Mereka menghadapi kesulitan ekonomi karena peluang kerja yang sulit, sedangkan anak-anak nepo itu sibuk flexing, memamerkan barang mewah dan liburan ke luar negeri yang mahal.

Fenomena itu menjadi bukti bahwa anak-anak generasi Z tidaklah antipolitik. Selama ini muncul sinyalemen bahwa generasi milenial dan generasi Z adalah generasi rebahan yang tidak peduli politik.

BACA JUGA:Tradisi Berakhir Mati: Gadis Nepal Dikurung di

BACA JUGA:Pesawat Nepal Jatuh, Putus Harapan Temukan yang Selamat

Kategori :