Dari berbagai karya seni itu, kita belajar bahwa perdamaian tidak hanya bisa dijaga melalui jalur diplomasi dan angkat senjata, tetapi juga bisa melalui karya seni, sastra, dan budaya.
SBY dalam tiga perannya, baik sebagai prajurit, presiden, maupun negarawan, tercatat konsisten berkontribusi dalam mengampanyekan, menjaga, dan mewujudkan perdamaian.
Pada momentum peringatan Hari Perdamaian Dunia pada tahun ini, tentu sangat tepat untuk dijadikan permulaan dan penguatan intensitas karya seni sebagai bagian dari kampanye mewujudkan perdamaian dunia.
Melalui karya seni yang menyuguhkan keindahan, kejujuran, kelembutan, dan kehangatan, seni diharapkan mampu mengubah wajah dunia dari muramnya konflik menjadi tenteramnya damai.
Menukil pesan SBY (2025), ”seni merupakan soft power yang mampu menjembatani perbedaan, menyatukan bangsa, dan menyuarakan harapan untuk dunia yang lebih damai dan berkelanjutan”.
Pada akhirnya, perdamaian bukanlah utopia yang mustahil, melainkan cita-cita yang bisa diwujudkan jika kita semua –negara, pemimpin, dan individu– bersedia merawatnya dengan komitmen nyata.
Sebagaimana teladan yang ditunjukkan SBY, menjaga perdamaian selalu mungkin, asalkan kita yakin bahwa dunia yang damai adalah warisan terbaik untuk peradaban dan generasi mendatang. (*)
*) Nuzula Maghfiro adalah alumnus Universitas Airlangga, aktif di SBY Art Community.--