Indeks Inovasi

Kamis 25-09-2025,23:39 WIB
Reporter : Imron Mawardi*
Editor : Yusuf Ridho

Inovasi juga menghadirkan solusi baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan membuka peluang pasar baru, yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Teknologi inovatif membantu mengoptimalkan proses bisnis, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. 

Selain itu, pengembangan produk dan layanan inovatif secara tidak langsung menciptakan kebutuhan akan tenaga kerja baru sehingga mendorong penciptaan lapangan kerja. 

Daerah dan negara yang mampu berinovasi dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global, yang pada gilirannya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. 

Berbagai riset menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Inovasi berupa teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI), virtual reality, dan block chain dalam industri kreatif dapat mengembangkan produk dan layanan kelas dunia serta memperluas jangkauan pasar global. 

Selain itu, program-program inovatif di tingkat daerah, seperti Gerai UMKM atau Kampung Kue, dapat meningkatkan perekonomian lokal dengan memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Inovasi seperti pembayaran digital melalui QRIS dapat meningkatkan efisiensi pelayanan publik dan mempercepat transaksi nontunai, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah.

Bagaimana meningkatkan indeks inovasi? Hal tersebut tentu bukan pekerjaan mudah. Di antaranya, meningkatkan minat baca. Soal itu tidak bisa disepelekan. Sebab, membaca sangat berkaitan dengan inovasi. Membaca bisa memberikan inspirasi untuk mengimitasi, mengembangkan, dan bahkan memunculkan lompatan inovasi. 

Saat ini kondisi masyarakat Indonesia menunjukkan banyak paradoks. Termasuk minat baca yang rendah di tengah konsumsi digital yang sangat tinggi. Indonesia tercatat sebagai pengguna media sosial tertinggi di dunia dengan durasi lebih dari tiga jam. Namun, menurut UNESCO, minat baca kita hanya 0,001. Artinya, hanya satu dari 1.000 orang yang suka membaca. 

Artinya, banyak yang mengakses teknologi digital bukan untuk menambah pengetahuan, tetapi lebih banyak sebagai hiburan. Itulah yang menyebabkan konsumsi digital tinggi, tetapi minat baca rendah.

Selain itu, ekosistem research and development (R&D) masih rendah. Investasi Indonesia dalam riset dan pengembangan hanya sekitar 0,24 persen dari PDB. Idealnya mencapai 1 persen PDB. 

Tahun lalu anggaran R&D sekitar USD8,2 miliar. Idealnya mencapai USD32 miliar. Bandingkan dengan Korsel yang tahun lalu menganggarkan USD101 miliar. Lebih dari 12 kali lipat daripada anggaran Indonesia. 

Hal yang sama dilakukan perusahaan dan perguruan tinggi. Tahun 2025, misalnya, Kemdiktisaintek hanya menganggarkan Rp1,47 triliun untuk membiayai riset dan pengabdian masyarakat 1.500 perguruan tinggi. Jauh jika dibandingkan dengan National University of Singapore (NUS) yang memiliki anggaran hingga Rp6 triliun. 

Peningkatan literasi dan penciptaan ekosistem R&D itu akan menjadi kunci untuk memperbaiki indeks inovasi Indonesia. Itu sekaligus bakal membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Wallahu a’lam. (*)

*) Guru besar investasi dan keuangan Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

 

Kategori :

Terkait

Kamis 25-09-2025,23:39 WIB

Indeks Inovasi