HARIAN DISWAY - Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa Jawa UNESA menggelar Festival Sastra Jawa. Salah satu rangkaiannya adalah Rembugan Buku Ludruk. Acara berlangsung di Gedung Pertunjukan Graha Sawunggaling, Kampus Lidah Wetan, Surabaya, pada Minggu, 28 September 2025.
Suara gamelan menggema di gedung sejak pukul 14.30. Alunan gambang dan alat musik tradisional lainnya menyambut para peserta Rembugan Buku Ludruk.
Ada dua buku yang dibahas sore itu, Ilmu Ngglethek: Jula-Juli Kartolo dan Opo Jare Tekek: Sastra Jula-Juli.
BACA JUGA:Komedi Hari Komedi: Robert Bayoned Geliatkan Ludruk Ikuti Arus Zaman
BACA JUGA:Gedung Cak Durasim, Kenang Semangat Juang Seniman Ludruk Era Kolonial
Dua-duanya karya Gabriel Possenti Sindhunata alias Romo Sindhunata. Hadir sebagai pembedah dalam acara tersebut Abah Kirun, pelawak Jawa Timur (Jatim) yang juga konsisten mengusung unsur budaya.
“Mudah-mudahan kegiatan ini bisa memberikan insight secara langsung dari penulis Sindhunata dan menjadi komponen yang krusial untuk terus menguatkan budaya Jawa,” ungkap Syafi’ul Anam, dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNESA.
GAMELAN dan jula-juli mengiringi Rembugan Buku Ludruk di Graha Sawunggaling UNESA pada Minggu, 28 September 2025. - Tirtha Nirwana Sidik - Harian Disway
Dalam Ilmu Ngglethek: Jula-Juli Kartolo, Sindhunata menunjukkan arti tertawa yang sesungguhnya. Ia juga menjelaskan alasan di balik pentingnya tertawa.
Sedangkan, Opo Jare Tekek: Sastra Jula-Juli banyak membahas tentang ludruk dan pesantren. Mengapa pesantren? Sebab, inspirasi buku tersebut adalah mendiang Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Pentas Ludruk di Desa Sumberkokap Pererat Persaudaraan Warga
BACA JUGA:Ludruk Luntas Marakkan Pasar Malam Tjap Toendjoengan dengan Lakon Jas Riyoyo
"Saya membuat tulisan tentang pesantren dan ludruk karena inspirasi saya itu adalah kiai yang mempunyai perhatian khusus terhadap kesenian ludruk,” ungkap Sindhunata.
Lelaki 73 tahun itu banyak mengulik tentang ludruk dan jula-juli serta lawak ala Jatim sejak menjadi wartawan Kompas. Saat itu, ia suka menulis feature tentang ludruk.
Sindhunata mengatakan bahwa dua buku yang dibahas dalam Rembugan Buku Ludruk itu punya nilai dokumentatif terhadap ludruk sebagai bagian dari sastra. Khususnya, terkait jula-juli yang menjadi unsur penting ludruk.