SIDOARJO, HARIAN DISWAY - Evakuasi puluhan korban robohnya Musala Ponpes Al-Khoziny terkendala oleh kontruksi bangunan yang mudah ambrol. Puluhan santri masih terjebak di reruntuhan hingga Selasa siang, 30 September 2025.
”Bapak, tolong jika di lokasi tolong teriak Alfin, Alfin, yang keras ya Pak,” pinta Aminatun Zuhriah kepada petugas SAR gabungan yang stand by di papan laporan data korban.
”Iya ibu,” kata petugas.
Aminatun belum puas dengan jawaban itu. ”Kalau dizinkan. Saya boleh yang ke lokasi sendiri ya Pak. Siapa tahu, kalau saya panggil, anaknya nyahut. Saya ibunya,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Permintaan Aminatun itu lantas ditolak petugas. Sebab, upaya itu justru akan menghambat proses evakuasi. ”Semakin banyak orang di sana, evakuasi jadi makin lambat itu. Tadi saja ada break pencarian karena ada reruntuhan bangunan lagi,” terang petugas.
BACA JUGA:Korban Meninggal Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 3 Orang, Ini Daftarnya!
BACA JUGA:Khofifah-Emil Tinjau Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny, Pastikan Penanganan Korban Optimal
”Ya Allah, Nak,” ucap perempuan asal Blegah, Madura itu. Seraya terus memelototi daftar ratusan nama yang telah berhasil dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan. Aminatun sudah mengurut daftar nama itu tiga kali. Tapi nama anaknya, Moh Alfin Mutawakil Alallah tak ada.
Aminatun mengaku sudah mengontak tiga rumah sakit tempat evakuasi korban reruntuhan Ponpes Al Khoziny pada Senin malam. Namun nama anaknya tak terdata. Akhirnya, Selasa pagi, ia berangkat sendiri ke Ponpes.
”Ini anak saya Pak. Yang juara ini,” kata Aminatun memberitahu Harian Disway di lokasi. ”Bapak tolong simpan nomor saya ya. Kalau ada kabar anak saya tolong saya dihubungi,” pintanyi.
Senada dengan Aminatun, Rifky, 20, juga gelisah. Warga Kediri itu sedang menunggu kabar sang adik, Khoirul Mutakin, 18. Yang sedang nyantri di Ponpes Al Khoziny.
”Orang tua saya minta istirahat di posko saja. Saya yang keliling,” katanya.
Bibirnya gemetar lantaran kecapaian. Sejak pagi, Ia terus wira-wiri dari posko ke pintu keluar evakuasi. Setiap ada sirine ambulan meraung, ia bersiap menghampiri. Untuk mengecek, siapa tahu Khoirul sang adik yang berhasil dievakuasi.
Semangat Rifky wira-wiri menunggu kabar bukan tanpa alasan. Ia optimistis sang adik masih selamat, meski terjebak di reruntuhan. Itu lantaran, satu anak, teman sang adik berhasil dievakuasi dan selamat.
”Kabarnya yang sisi utara reruntuhan ini, masih banyak yang selamat. Karena masih terlindungi patahan gedung yang melintang,” paparnya. Dari kabar petugas evakuasi, hingga Selasa siang, masih ada suara dari dalam.