HARIAN DISWAY - Sudah tiga tahun berlalu sejak malam kelam 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan. Tragedi seusai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya itu merenggut 135 jiwa dan mencatatkan kekelaman dalam catatan sepak bola Indonesia.
Meski waktu telah berjalan, janji perbaikan dan penegakan hukum masih terus ditagih oleh korban, sanak keluarga, dan para pecinta sepak bola.
BACA JUGA:Perjuangan Rini Hanifa di Sidang Tragedi Kanjuruhan: Anak Saya Dibunuh, Belum ada Keadilan!
Malam Kelam di Kanjuruhan
Tragedi bermula setelah pertandingan liga yang dimenangkan Persebaya dengan skor 3–2. Seusai laga, kerumunan suporter dari kubu Arema turun ke lapangan, suasana makin kacau, dan aparat merespons dengan menembakkan gas air mata ke tribun dan lapangan.
Sejarah kelam dan berdarah sepakbola Indonesia terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. --BBC
Penembakan tersebut dipicu dari beberapa titik: tujuh tembakan diarahkan ke tribun selatan, satu ke tribun utara, dan tiga ke lapangan.
Bukannya meredam ketegangan, gas air mata justru memicu kepanikan massal. Penonton berdesakan menuju pintu keluar pada Tribun Selatan: pintu 10, 11, 12, dan 13.
BACA JUGA:Sudah Berikan Santunan, Termohon Tolak Restitusi Rp 17,5 miliar Atas Tragedi Kanjuruhan
BACA JUGA:73 Korban Tragedi Kanjuruhan Ajukan Restitusi Hingga Rp 17 miliar
Yang pada akhirnya pintu-pintu itu menjadi jalur maut bagi banyak orang.Banyak korban meninggal akibat asfiksia (kesulitan bernapas), patah tulang, hingga cedera parah di kepala.
Secara keseluruhan, korban tercatat sebanyak 135 orang meninggal, 96 luka berat, dan 484 luka ringan. Mayoritas dari mereka adalah anak muda, termasuk perempuan dan anak-anak.
Upaya Hukum dan Vonis Ringan
Pascaperistiwa itu, Presiden ke-7 Joko Widodo (jokowi) menunjuk TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta) yang dipimpin Mahfud MD (Menkopolhum kala itu) untuk mengusut tragedi.
TGIPF menyimpulkan bahwa penyebab utama kematian adalah penembakan gas air mata yang melanggar aturan FIFA, ditambah dengan sistem keamanan dan prosedur stadion yang lemah.
BACA JUGA:Tragedi Kanjuruhan Genap 2 Tahun, Arema FC dan Aremania Gelar Doa Bersama