BACA JUGA:Meski Kecewa, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Ikhlas Dengan Vonis Ringan Dua Panpel Arema FC
BACA JUGA:Aremanita Bersaksi di Sidang Tragedi Kanjuruhan: Bahkan ada Batu, Kayu dan Kursi yang Dilemparkan
Peringatan dan Renungan 3 Tahun
Kini, tiga tahun sejak tragedi itu, nama Kanjuruhan tidak hanya menyeret duka, tetapi juga menjadi simbol panggilan agar sepak bola Indonesia berubah secara mendasar.
Aremania dan keluarga korban tetap aktif menuntut keadilan melalui aksi, diskusi publik, dan advokasi. Suara mereka menolak dilantunkan sekadar sebagai peringatan tahunan.
Peringatan 1 Oktober adalah momentum melawan lupa, pengingat bahwa setiap jiwa yang hilang harus dimintai pertanggungjawaban.
Kanjuruhan membekas sebagai luka abadi bagi sepak bola Indonesia: penghancur mimpi para penonton muda, cermin kelemahan sistem, dan panggilan agar keadilan tak berhenti hanya menjadi wacana. (*)