Sejarah Ponpes Al-Khoziny, Berusia Satu Abad, Jadi Saksi Duka Sidoarjo

Komplek Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo.-https://jatim.nu.or.id/-
SIDOARJO, HARIAN DISWAY – Runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Selasa, 30 September 2025, tak hanya meninggalkan luka mendalam bagi para korban. Juga menggores sejarah panjang salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang usianya telah menembus satu abad.
Disadur dari jatim.nu.or.id, pesantren yang lebih akrab disebut Pesantren Buduran itu berdiri di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Kecamatan Buduran.
Nama “Al Khoziny” diambil dari pendirinya, KH Raden Khozin Khoiruddin, menantu KH Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji. Dari tangan Kiai Khozin sepuh inilah, pesantren ini tumbuh menjadi salah satu pusat keilmuan Islam yang melahirkan banyak ulama besar Nusantara.
Sejarah mencatat, dari lingkungan pesantren ini lahir sejumlah tokoh penting. Mereka antara lain KH M. Hasyim Asy’ari (pendiri Tebuireng Jombang sekaligus pendiri NU), KH Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas Jombang), KH As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), KH Usman Al Ishaqi (Al-Fitrah Surabaya), KH Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan), KH Nawawi (pendiri Pesantren Ma’had Arriyadl Kediri), KH Dimyati (Banten), KH Ali Mas’ud (Sidoarjo), KH Umar (Jember), hingga KH Nasir dari Bangkalan. Nama-nama itu kini menjadi pilar sejarah pesantren di Jawa dan Madura.
BACA JUGA:Runtuhnya Musala Ponpes Al-Khoziny: Pondasi Bangunan Tua yang Dipaksa Untuk Bangunan Bertingkat
BACA JUGA:Total 4 Korban Meninggal Musibah Ponpes Al-Khoziny Tiba di RS Bhayangkara
Meski beberapa catatan menyebut pesantren ini berdiri antara 1926–1927, pengasuh generasi ketiga, KHR Abdus Salam Mujib, menegaskan pesantren ini sudah ada sejak sekitar tahun 1920.
Bahkan, ia menemukan bukti lisan dari rombongan alumni asal Yogyakarta bahwa santri pertama Kiai Abbas Khozin sudah nyantri sejak 1915–1920. Dengan demikian, usia pesantren ini sudah lebih dari seratus tahun.
“Cerita itu kami yakini setelah kami menerima tamu dari Yogyakarta. Orang tua ketua rombongan adalah santri pertama Kiai Abbas. Sejak itu, kami berani memastikan bahwa Pesantren Buduran sudah ada sejak 1920,” tutur Kiai Salam Mujib pada Haul Masyayikh ke-80, 2024 lalu.
Sejarawan sekaligus penulis biografi KH Abdul Mujib Abbas, Dr Wasid Mansyur, juga mengonfirmasi kisah tersebut. Ia pernah mendengar langsung dari Kiai Salam dan sejumlah alumni sepuh.
Kini, usia panjang Pesantren Al Khoziny justru menjadi kontras dengan ambruknya bangunan yang menelan korban jiwa dan luka.
Pesantren yang berdiri lebih dari satu abad sebagai kawah candradimuka ulama Jawa Timur itu kembali jadi pusat perhatian. Kali ini karena duka setelah terjadi tragedi runtuhnya bangunan musala. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: