Kisah Korban Selamat dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Harus Diamputasi saat Proses Evakuasi

Minggu 05-10-2025,12:47 WIB
Reporter : Agustinus Fransisco
Editor : Mohamad Nur Khotib

Aaron merayap sejauh 10 meter. Badannya tertekuk. Debu menempel di wajah. Setiap gerakan harus hati-hati. Salah geser, seluruh struktur bisa runtuh. Ia membawa nyawanya sendiri sebagai taruhan.

“Kebetulan waktu itu saya di sana. Saya sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya. Salah gerak sedikit, ambruk,” ujarnya.

BACA JUGA:Pembersihan Puing Bangunan Ponpes Al Khoziny Capai 50 Persen, Tim SAR Fokus Evakuasi

BACA JUGA:Jumlah Korban Ponpes Al-Khoziny: 14 Orang Tewas, 49 Masih dalam Pencarian

Tapi, pikiran itu tak menghentikannya. Ia menerobos masuk. Sampai akhirnya tiba di depan Ahmad. Korban masih sadar. Tengkurap. Wajahnya menempel tanah. Lengan kirinya hancur. “Saya suntikkan obat bius, kalau sakit maaf ya,” kata Aaron kepada Ahmad saat proses evakuasi.

Obat bius pun disuntikkan. Tak ada lampu operasi. Hanya senter yang dipegang relawan. Di ruang sempit itu, Aaron mulai bekerja. Amputasi pun dimulai.

Prosesnya tak bisa sekali potong. Harus ditarik dulu, lalu dipotong lagi. Dilakukan dengan hati-hati dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Tapi, harus cepat. Karena menyangkut keselamatan Aaron dan Ahmad.

Posisi tubuh Ahmad diputar agar luka terbuka. Semua dilakukan dalam kegelapan dan situasi bahaya karena rawan bangunan akan roboh. Akhirnya proses amputasi selesai. Lengan yang remuk dilepas. Aaron menarik tubuh Ahmad, lalu merayap keluar. 

BACA JUGA:Jumlah Korban Ponpes Al-Khoziny: 14 Orang Tewas, 49 Masih dalam Pencarian

BACA JUGA:Foto Korban Ponpes Al-Khoziny Korban Diperlukan untuk Identifikasi Jenazah, Tes DNA Jadi Opsi Akhir

Di luar, tim medis langsung melakukan stabilisasi. Infus ditambah. Oksigen dipasang. Saluran napas diamati. Ahmad dibawa ke ambulans, dan langsung dilarikan ke IGD RSUD Notopuro. Malam itu juga, ia menjalani operasi lanjutan, membersihkan luka, membuang jaringan mati, dan merapikan kulit.

Empat hari kemudian, Sabtu, 4 Oktober 2025, Ahmad sudah di kamar perawatan. Kondisinya tampak stabil. Nafsu makannya kembali. Hasil laboratorium bagus. Tidak ada infeksi. Luka amputasi terawat rapi.

“Perkembangannya bagus. Tidak ada keluhan nyeri. Ini menjadi pertanda baik,” terang dr. Larona.

Nur Ahmad adalah santri pertama yang berhasil dievakuasi dan dinyatakan selamat. Selain Ahmad, ada beberapa santri lainnya yang selamat dari reruntuhan Ponpes Al Khoziny. Mereka adalah Syahlendra Haical, Al Fatih Cakra Buana, Syaiful Rosi Abdillah, dan yang lain. 

BACA JUGA:Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Capai 13 Orang, 1 Santri Ditemukan Selamat

BACA JUGA:Keluarga Korban Ponpes Al Khoziny Ricuh, Desak Ikut Evakuasi di Tengah Pencarian

Kategori :