Menjadikan Kampus Berdampak sebagai Lokomotif Ekonomi

Kamis 09-10-2025,05:33 WIB
Oleh: Ulul Albab*

BELAJAR DARI SKEMA INSENTIF LUAR NEGERI

Beberapa negara sudah menerapkan insentif efektif bagi dosen. Di Eropa, banyak universitas yang menjalankan skema professor-entrepreneur, yakni dosen diberi hak kepemilikan saham atas perusahaan rintisan yang lahir dari risetnya. 

Di Amerika Serikat, dosen bisa mendapat royalti signifikan dari lisensi paten yang mereka hasilkan. Di Korea Selatan, pemerintah memberikan dana riset besar dengan skema matching fund, yaitu riset kampus harus bermitra dengan industri. Jika riset berhasil masuk pasar, dosen maupun kampus mendapat insentif tambahan.

Skema-skema itu bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia. Tanpa insentif yang realistis, sulit mengharapkan dosen untuk keluar dari zona nyaman sebagai ”pengajar” dan berubah menjadi ”agen ekonomi”.

STRATEGI TRANSFORMASI PERGURUAN TINGGI

Untuk menjadikan kampus sebagai lokomotif ekonomi, ada beberapa strategi yang bisa ditempuh. 

Pertama, membangun ekosistem inovasi. Kampus perlu menyiapkan inkubator bisnis, technopark, dan pusat riset terapan yang langsung terhubung dengan kebutuhan industri.

Kedua, memberikan insentif finansial. Dosen dan peneliti harus mendapat penghargaan proporsional atas paten, lisensi, atau inovasi yang menghasilkan nilai ekonomi. 

Ketiga, mengembangkan kewirausahaan akademik. Kurikulum perlu memberikan ruang bagi mahasiswa dan dosen untuk belajar kewirausahaan berbasis riset.

Keempat, meningkatkan kerja sama dengan industri. Pemerintah bisa mendorong model triple helix (kerja sama pemerintah-industri-universitas) agar inovasi tidak berhenti di laboratorium. 

Kelima, memperbaiki kesejahteraan dosen. Tanpa dasar kesejahteraan yang memadai, sulit meminta dosen untuk bekerja lebih dari sekadar mengajar.

Apakah mudah menjadikan kampus sebagai lokomotif ekonomi? Tentu tidak. Jalan itu penuh tantangan: dana riset terbatas, birokrasi kaku, dan mentalitas akademik yang masih nyaman dengan jurnal ilmiah. 

Namun, jika ingin Indonesia mencapai target pendapatan per kapita lebih tinggi, kita tidak punya pilihan lain. (*)

*) Ulul Albab pernah menjadi rektor PTS di Surabaya dan kini ketua ICMI Jawa Timur.

Kategori :