Terilhami kebijaksanaan Sang Buddha, ia menulis dengan lembut tentang cara menghadapi kehilangan, ketakutan, dan perubahan hidup yang tak terduga.
Buku ini seperti teman yang tidak menghakimi. Setiap babnya mengajak pembaca bernapas perlahan, menerima keadaan, dan percaya bahwa hati manusia bisa tetap terbuka meski dunia terasa berantakan.
3. Eat, Pray, Love (Elizabeth Gilbert, 2006)
COVER buku Eat, Pray, Love karya Elizabeth Gilbert yang mengisahkan perjalanan penyembuhan diri lewat cinta dan perjalanan spiritual.--bloomsbury.com
BACA JUGA:Hari Osteoporosis Sedunia 20 Oktober: Sejarah, Tema dan Cara Mencegah Osteoporosis
Perjalanan spiritual Elizabeth Gilbert setelah perceraiannya telah menyentuh jutaan hati. Ia bepergian ke Italia, India, dan Bali untuk menemukan kembali makna kebahagiaan dan cinta diri.
Lewat tulisannya yang jujur dan ringan, Gilbert menunjukkan bahwa pemulihan tak selalu dramatis, kadang sesederhana menikmati sepiring pasta sambil belajar mencintai diri sendiri lagi.
4. Pulang (Leila S. Chudori, 2012)
SAMPUL buku Pulang karya Leila S. Chudori yang sarat emosi dan perjalanan batin.--gramedia.com
Novel ini membawa kita pada kisah Dimas Suryo, seorang jurnalis yang diasingkan karena peristiwa politik 1965. Ia hidup jauh dari tanah air, menanggung rindu dan luka yang diwariskan pada anaknya.
Pulang bukan sekadar cerita politik, tapi tentang identitas, kehilangan, dan keberanian menghadapi masa lalu. Lewat narasi yang puitis, Leila Chudori menunjukkan bahwa setiap orang berhak menemukan jalannya sendiri untuk kembali, baik ke rumah maupun ke diri sendiri.
BACA JUGA:Serba-serbi Hari Dokter Nasional 24 Oktober: Sejarah, Tujuan, Tema dan Logo Peringatan 2024
BACA JUGA:Peringatan Hari Lahir PBB 24 Oktober: Sejarah, Tujuan, dan Tantangan
5. Pulih (Antologi oleh 25 perempuan Indonesia, 2020)
BUKU Pulih berisi kisah nyata perempuan Indonesia yang berjuang pulih dari trauma dan tekanan batin.--lendyagasshi.com
Buku ini berisi kumpulan kisah nyata dari 25 perempuan Indonesia yang pernah berjuang menghadapi depresi, trauma masa lalu, hingga pengalaman kehilangan yang mendalam.
Setiap cerita ditulis dengan jujur dan penuh empati, menggambarkan bahwa perjalanan menuju pemulihan bukan tentang melupakan luka, tetapi belajar berdamai dengannya.
Lewat narasi yang hangat dan penuh harapan, Pulih menjadi ruang aman bagi pembaca untuk menyadari bahwa setiap orang punya prosesnya sendiri dalam menyembuhkan diri. Buku ini mengajarkan bahwa keberanian untuk menceritakan luka adalah langkah pertama menuju pemulihan yang sesungguhnya.