Transformasi Akuntansi Keuangan: Peran AI dalam Peningkatan Tata Kelola Keuangan Perusahaan

Jumat 17-10-2025,10:33 WIB
Oleh: Zaenal Fanani*

Secara keseluruhan, integrasi AI dalam akuntansi keuangan memperkuat ketiga aspek utama –transparansi, akurasi, dan akuntabilitas– yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan perusahaan. Peningkatan kualitas laporan keuangan berbasis AI juga menjadi salah satu instrumen penting dalam mendorong keberlanjutan bisnis dan pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

TANTANGAN UTAMA  

Meski memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan transparansi, adopsi AI punya  tantangan yang perlu diantisipasi. Salah satu tantangan penting adalah kesiapan sumber daya manusia. Utamanya, terkait masih rendahnya literasi digital dan pemahaman akuntan terhadap teknologi AI. 

Banyak akuntan di Indonesia yang masih berfokus pada metode konvensional sehingga menimbulkan resistansi terhadap perubahan. Diperlukan program pelatihan, sertifikasi, dan integrasi kurikulum akuntansi berbasis digital di perguruan tinggi untuk menjawab kebutuhan itu. 

Tantangan yang lain adalah infrastruktur teknologi yang belum merata. Implementasi AI memerlukan infrastruktur digital yang kuat, seperti akses internet stabil, sistem cloud computing, serta perangkat keras dan lunak yang memadai. Di Indonesia, kesenjangan digital antarwilayah masih menjadi hambatan signifikan dalam penerapan teknologi itu (Kemenkominfo, 2021).

Selain itu, biaya implementasi yang tinggi. Investasi awal dalam mengadopsi AI, baik untuk perangkat lunak, perangkat keras, maupun tenaga ahli membutuhkan biaya yang besar. Hal itu membuat adopsi AI lebih mudah dilakukan perusahaan besar. Usaha kecil dan menengah (UKM) cenderung tertinggal (PwC, 2020). 

Juga, regulasi dan standar akuntansi. Kerangka regulasi terkait penggunaan AI dalam akuntansi di Indonesia masih terbatas. Belum ada standar akuntansi maupun kebijakan yang secara spesifik mengatur penggunaan AI dalam pelaporan dan audit keuangan. Kondisi tersebut menimbulkan ketidakpastian hukum dan risiko kepatuhan (IAI, 2022). 

Tantangan yang tak kalah penting adalah risiko keamanan data dan etika. AI bekerja dengan memproses data dalam jumlah besar sehingga membuka potensi risiko kebocoran data dan penyalahgunaan informasi keuangan. 

Selain itu, algoritma AI berpotensi memiliki bias yang dapat memengaruhi akurasi analisis laporan keuangan (Dai & Vasarhelyi, 2017). Oleh karena itu, diperlukan sistem keamanan data yang kuat dan pedoman etika penggunaan AI di sektor akuntansi.

STRATEGI IMPLEMENTASI  

Agar penerapan AI dalam akuntansi keuangan bisa memperkuat tata kelola perusahaan yang transparan, akurat, dan akuntabel, tentu diperlukan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. 

Pertama adalah penguatan regulasi dan standar akuntansi digital. Pemerintah, regulator, dan asosiasi profesi akuntansi seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) perlu merumuskan regulasi dan standar akuntansi yang mengakomodasi penggunaan AI. 

Hal itu mencakup aspek pelaporan keuangan berbasis digital, pedoman audit berbantuan AI, serta perlindungan keamanan data.  Regulasi yang jelas akan menciptakan kepastian hukum bagi perusahaan dalam mengadopsi teknologi. 

Kedua adalah peningkatan literasi digital dan kapasitas SDM. Sumber daya manusia menjadi faktor kunci keberhasilan penerapan AI. Karena itu, perlu adanya program pelatihan, kurikulum berbasis digital di perguruan tinggi, serta sertifikasi kompetensi akuntansi berbasis teknologi. 

Itu untuk memastikan akuntan Indonesia mampu beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan AI untuk mendukung tata kelola yang lebih baik.

Ketiga, kolaborasi multipihak dalam ekosistem teknologi. Implementasi AI tidak dapat dilakukan secara terpisah. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan penyedia teknologi. 

Kategori :