BACA JUGA:Problem Suami Bunuh Istri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Polisi belum mengungkap motif. Juga, belum menceritakan detail kronologi. Sampai Senin malam, 20 Oktober 2025, polisi masih menyelidiki, mengumpulkan bukti-bukti hukum, dan memeriksa para saksi.
Rosi, tetangga yang tinggal tepat di samping rumah korban, saksi awal yang mengetahui keramaian di lokasi itu. Dia kepada wartawan mengatakan, selama ini dia belum pernah mendengar ada keributan pelaku dan korban. ”Mereka hidup rukun, harmonis, tidak pernah terdengar cekcok. Mereka juga baik kepada tetangga,” katanyi.
Minggu malam, 19 Oktober 2025, Rosi bertemu korban BW yang mengikuti pengajian ibu-ibu lingkungan setempat. ”Kami sempat ngobrol. Dia biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Makanya, saya kaget paginya tahu-tahu banyak polisi mendatangi rumah itu,” ujarnyi.
BACA JUGA:Suami Bunuh Istri yang Penyanyi di Bandung
BACA JUGA:Telisik Suami Bunuh Istri
Lurah Panderejo Moch. Safii kepada wartawan mengatakan, pelaku dan korban dikenal sebagai orang baik di lingkungannya. ”Suami kerja di Pegadaian, istri kerja di BCA. Kehidupan mereka mapan,” ungkapnya.
Dari keterangan saksi-saksi itu, tidak terungkap apa-apa. Mereka cuma basa-basi saat menjawab pertanyaan wartawan. Mungkin saja yang mereka katakan itu benar adanya. Mereka tentu tidak tahu situasi kondisi di dalam rumah tangga pelaku dan korban.
Penyebab femisida memang kompleks. Bukan disebabkan faktor tunggal. Banyak faktor berkaitan yang belit-membelit. Banyak riset tentang femisida. Hasil riset-riset itu menyebutkan, umumnya dilakukan pria yang pernah melakukan KDRT.
BACA JUGA:Suami Bunuh Istri di Cikarang, Bekasi: Para Tetangga Takut Hantu di Rumah Pembunuhan
BACA JUGA:Suami Bunuh Istri di Cikarang, Bekasi: Dampak Anak Lihat Ayah Bunuh Ibu
Dikutip dari The Conversation, 25 Februari 2020, berjudul Why do men kill their families? Here’s what the research says, karya Sarah Marshall, ternyata pelaku femisida bukan cuma bekas pelaku KDRT. Melainkan, juga ada faktor lain.
Artikel itu ditulis saat di Australia heboh oleh pembunuhan dalam satu keluarga (familisida). Kepala keluarga, Rowan Baxter, membunuh istrinya, Hannah Clarke, serta tiga anak mereka: Aaliyah, Laianah, dan Trey. Selanjutnya, pelaku bunuh diri. Masyarakat di sana heboh oleh kasus itu.
Familisida belum banyak diriset akademisi internasional. Selama ini riset hanya untuk femisida.
Diungkapkan, di Australia pada 2020 terjadi femisida rata-rata satu kasus dalam sepekan. Bandingkan dengan di Indonesia yang hampir satu kasus per hari.
Diungkapkan, suatu tindakan kekerasan berbasis gender tidak hanya menyiratkan bahwa itu adalah kekerasan laki-laki terhadap perempuan meski sering kali demikian. Kekerasan tersebut terutama didorong oleh dimensi sosial dan struktural gender.