HARIAN DISWAY - Sebagian orang sengaja begadang meski kelelahan. Fenomena ini dikenal sebagai Revenge Bedtime Procrastination (RBP).
Istilah ini mengacu pada kebiasaan menunda tidur untuk mendapatkan waktu pribadi, walau tahu keesokan harinya akan kelelahan.
Fenomena ini muncul karena banyak orang merasa hari mereka terlalu penuh dengan kewajiban kerja, sekolah, urusan keluarga dan akhirnya waktu senggang nyaris tak tersisa.
Sebagai kompensasi, malam hari dijadikan zona balas dendam untuk melakukan apa pun yang diinginkan.
BACA JUGA:6 Bedtime Routine Agar Tidur Nyenyak dan Bangun Lebih Segar
BACA JUGA:5 Tip Peroleh Kualitas Tidur yang Baik untuk Kesehatan
Menurut Alicia Roth, psikolog tidur, RBP bukan soal begadang semata. Secara psikologis, RBP lahir dari hasrat untuk memiliki keleluasaan atas diri sendiri meskipun harus dengan mengorbankan tidur.
Penyebab yang Umum
Beban harian yang berat dan waktu luang yang sedikit menjadi penyebab utama tarjadinya RBP. Studi menemukan bahwa orang dengan jadwal padat dan banyak tanggung jawab cenderung melakukannya.
Selain itu, rasa kehilangan kendali terhadap waktu juga berperan besar. Ketika seseorang merasa harinya diatur oleh tuntutan luar, begadang menjadi bentuk perlawanan kecil untuk kembali merasa bebas.
Dampak Negatif yang Harus Diwaspadai
EFEK NEGATIF Revenge Bedtime Procrastination terasa pada fisik maupun mental. Mulai dari penurunan konsentrasi, suasana hati tidak stabil, hingga gangguan kesehatan jangka panjang.-freepik-
Walaupun terasa seperti menikmati waktu sendiri, konsekuensi RBP tidak ringan. Kekurangan tidur berulang bisa memperburuk kemampuan berpikir, memori, dan perhatian.
Jangka panjangnya bisa meningkatkan risiko kondisi kesehatan serius seperti tekanan darah tinggi, sistem imun yang melemah, hingga gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Lebih jauh, penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ini terkait dengan performa akademik yang menurun. Antara lain adanya korelasi negatif antara sleep procrastination dan prestasi mahasiswa.
Studi di kalangan mahasiswa di Indonesia bahkan menunjukkan bahwa sebagian besar, sekitar 59,5%, mengalami tingkat tinggi RBP.
BACA JUGA:7 Jenis Suplemen yang Bisa Membantu Tidur Lebih Nyenyak