Soal pelanggaran HAM yang dituding dilakukan Soeharto, Fadli Zon menepis. Tidak ada pengadilan yang menyebut Soeharto melakukan hal tersebut. Tanpa ragu-ragu, Fadli yang menjadi ketua tim seleksi pahlawan nasional juga membantah adanya pembunuhan massal atau genosida yang melibatkan Soeharto pascakudeta gagal PKI 1965.
Ada ungkapan dari penulis asal Nigeria, Albert Chinualumogu Achebe atau biasa dikenal Chinua Achebe. Ia menyatakan, ”singa pun memiliki sejarah. Yakni, sejarah perburuan, yang akan selalu memuliakan pemburu.”
Maknanya sama dengan pernyataan ”sejarah ditulis oleh para pemenang”, tetapi menggunakan metafora singa dan pemburu. Narasi sejarah sering kali dipengaruhi oleh sudut pandang pengendalian kekuasaan.
BACA JUGA:Mengenang dan Mewarisi Spirit Kepahlawanan
BACA JUGA:Spirit Hari Pahlawan: Surabaya dan Gaza, Dua Kota yang Tak Pernah Menyerah
Lepas dari Soeharto yang mendapat penolakan dari berbagai kelompok di masyarakat, Prabowo juga memperlihatkan sisi akomodatif. Sisi yang sering muncul di Prabowo selama berkuasa. Walaupun, gaya akomodatif itu juga membawa risiko lain. Misalnya, kabinet gemuk yang terlalu banyak menteri dan wakil menteri menjadikan tidak efesien.
Prabowo juga mengangkat Gus Dur sebagai pahlawan nasional, yang tentu disambut kalangan NU. Ada juga nama Sarwo Edhie Wibowo, mertua SBY. Nama-nama lain seperti Marsinah atau Sultan Salahuddin dari Bima sangat diterima publik.
Mungkin, bila Bung Karno belum mendapat gelar pahlawan nasional, bisa jadi diakomodasi juga oleh Prabowo.
Apakah presiden-presiden lain akan mendapat gelar pahlawan? Jawabannya ada di tangan presiden berkuasa. Prabowo pun tetap menerobos kendati banyak yang menghalagi nama Soeharto.
Jokowi yang kini tak ada putus-putus mendapat kritik dan hujatan pun suatu saat bisa mendapat gelar pahlawan nasional. Catatannya, bergantung presidennya nanti, satu frekuensi atau tidak. (*)