Shibori: Kreasi Motif Jepang di Atas Kain Ramah Lingkungan

Jumat 14-11-2025,12:58 WIB
Reporter : Ilmi Bening
Editor : Indria Pramuhapsari

HARIAN DISWAY - Komitmen Pable untuk menyeimbangkan bisnisnya dengan kelestarian lingkungan membuat perusahaan yang kantor pusatnya ada di kawasan Rungkut itu inovatif dan kolaboratif. Seperti yang terlihat dalam rangkaian anniversary ke-5 pada Minggu, 9 November 2025.

Bunyi air hujan yang menimpa atap seng bertubi-tubi bagaikan lagu penyemangat di telinga para peserta workshop shibori sore itu. Dengan serius, mereka menyimak penjelasan Christabel Annora tentang motif unik yang berasal dari Jepang tersebut, berikut cara membuatnya.

Hari itu, dosen Desain Fashion & Produk Lifestyle Universitas Surabaya (Ubaya) tersebut menjadi pelatih workshop. “Saya mau coba bikin juga,” kata seorang peserta kepada Christabel.

Tim Ubaya yang terdiri dari empat dosen dan dua mahasiswa pun langsung sigap membantu. Hari itu, bahan-bahan workshop disediakan oleh Pable. Perusahaan yang mengutamakan prinsip daur ulang dan ramah lingkungan itu menyediakan kain yang dikreasikan menjadi shibori. 

BACA JUGA:Hotel Artotel TS Suites Surabaya Gandeng ISIK Gelar Workshop Shibori, Dukung Kreativitas dan Pemberdayaan Perempuan

BACA JUGA:Limbah Linen Hotel Ciputra Wold Surabaya Disulap Jadi Shibori Cantik untuk Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Kain yang digunakan adalah salah satu produk daur ulang campuran cotton dan polyester. Sedangkan, pewarnanya terbuat dari tanaman Indigofera tinctoria dan Strobilanthes cusia.

Teknik membuat shibori ada bermacam-macam. Oleh Christabel, empat di antaranya diperkenalkan kepada para peserta workshop.

Yang pertama adalah teknik menarik dan mengikat kain untuk menghasilkan pola titik-titik halus. Teknik tersebut dikenal sebagai kanoko-shibori. Sedangkan, teknik kedua adalah menjahit dan menarik atau nuishime-shibori.

Teknik yang ketiga adalah melipat dan menjepit dengan menggunakan papan kayu atau akrilik. Teknik yang membutuhkan ketelatenan ini dikenal sebagai itajime-shibori.


CHRISTABEL ANNORA (dua dari kiri) usai memberikan pelatihan shibori kepada para peserta anniversary Pable. -Ilmi Bening-Harian Disway-

BACA JUGA:Batik Tulis Tenun Gedhog Tuban Raih IG Pertama di Jatim untuk Produk Kerajinan Nonpangan

BACA JUGA:Wujudkan Kolaborasi AI dan Warisan Tradisi, Mahasiswa Petra Bikin Batik WR Supratman

Selanjutnya, teknik yang diperkenalkan Christabel adalah membalut dan menekan rapat kain pada batang atau tiang. Teknik itu bernama arashi-shibori.

Masing-masing teknik, kuncinya ada pada lipatan, pelintiran, dan tekanan. Detail atau tidaknya motif akan bergantung pada tiga hal tersebut. 

“Tantangannya ada di situ. Semakin rapat ikatannya, maka polanya bisa mudah terbentuk. Itu memengaruhi tekstur dan motifnya,” ungkap Christabel sambil mengikat pelintiran kain dengan karet.

Setelah kain dilipat, dipelintir, atau ditekan, tahapan selanjutnya adalah pewarnaan. Namun, sebelum itu, para peserta diajak membuat pewarna indigo yang menjadi ciri khas shibori.

BACA JUGA:Batik Tulis Ghentongan Selangkah Lagi Raih Sertifikat Indikasi Geografis

BACA JUGA:Rayakan Hari Batik, Swiss-Belinn Surabaya Tanamkan Semangat Sustainability Sejak Dini

“Campurkan 400 gram pasta pewarna indigo pada sedikit air. Lalu, larutkan campuran pewarna indigo tersebut dengan empat liter air hangat,” terang Christabel. 

Setelah itu, aduk perlahan pasta dan airnya agar tercampur rata. Selanjutnya, tambahkan aktivator sebelum digunakan untuk mewarnai kain. “Jika warnanya kurang keluar. Berarti kita perlu boil atau panaskan larutan pewarnanya,” kata perempuan asal Malang itu.

Proses pencelupan bisa dilakukan sebanyak dua kali. Ketika proses pencelupan pertama selesai, angin-anginkan kain selama 15-20 menit untuk proses oksidasi.

Jika kainnya sudah berubah warna menjadi biru, celup kembali selama 5-10 menit. Setelah itu, angin-anginkan kembali. Terakhir, bilas dengan menggunakan air bersih, buka ikatan, dan jemur kain shibori sampai kering. 

Kategori :