Perampokan-Pembunuhan Sopir Taksi Online di Tol Jagorawi: High Risk Low Return

Jumat 14-11-2025,23:29 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Namun, sistem pengamanan taksi online tidak seefektif taksi konvensional. Dengan begitu, korban perampokan mayoritas taksi online

Dikutip dari DailyMail, 20 September 2017, berjudul Taxi and limo drivers have a higher risk of violent death at work, karya Maggie O’Neill, diungkapkan bahwa sopir taksi memang pekerjaan paling berisiko dibunuh penumpang. Pembunuhan bisa motif perampokan atau motif lain.

Di Amerika Serikat, laporan dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa pengemudi taksi adalah pekerja yang paling mungkin meninggal karena kekerasan.

Pengemudi kulit hitam dan Hispanik memiliki risiko lebih tinggi meninggal saat bekerja.

Laporan tersebut menyerukan penerapan langkah-langkah keselamatan –seperti alarm senyap– ke dalam taksi dan limosin. 

Dibandingkan dengan pekerja lain, mereka punya risiko kematian lebih tinggi karena bekerja dengan uang tunai, berhadapan dengan publik, sendirian, dan pada jam malam. Demikian kata analisis CDC.

Data CDC menunjukkan, pada 2017 sopir taksi dan limosin di AS berisiko dengan hasil statistik begini: 18 perampokan dari 100 penumpang taksi dan limosin. Atau, 18 persen penumpang taksi atau limosin adalah perampok.

Padahal, semua kabin taksi di sana diberi penyekat antara sopir dengan penumpang di belakang. Semua penumpang duduk di jok belakang sopir.

Penyekat antara sopir dan penumpang umumnya jeruji besi pada taksi lama dan fiberglass pada taksi baru. Penyekat itu setidaknya mengamankan sopir. 

Terbaru, taksi di sana dilengkapi kamera CCTV di dalam kabin mengarah ke penumpang. Jadi, wajah penumpang terpantau di kantor perusahaan taksi tersebut. Secara real time. Termasuk percakapan (seandainya terjadi) antara sopir dan penumpang.

Penumpang juga tahu bahwa mereka dipantau CCTV. Jika suatu saat sopir diancam penumpang, sopir akan memberi tahu pelaku bahwa mereka terpantau CCTV yang terhubung ke kantor polisi terdekat, sesuai laporan global positioning system (GPS).

Kendati begitu, angka perampokan masih sangat tinggi. Pemerintah di sana terus memikirkan cara penyelamatan sopir taksi yang lebih efektif. 

Memang, tidak ada pekerjaan tanpa risiko. Berjalan kaki menyeberang jalan pun berisiko tertabrak kendaraan. Tapi, ini soal pekerjaan. Yang high risk high return. Sedangkan sopir taksi sebaliknya. (*)

 

Kategori :