Tiga petikan repertoar yang disajikan Jingju Theatre Company of Beijing menunjukkan keistimewaan akting mereka. Kisah berlatar sejarah sampai dongeng klasik tersaji secara apik.
PERTUNJUKAN dimulai dengan The Red Lantern. Narasinya berlatar 1960-an. Saat Tiongkok masih bangkit dari Perang Perlawanan terhadap Jepang.
Ceritanya tentang Li Yuhe, anggota bawah tanah Partai. Tiga generasi keluarganya harus mempertahankan sinyal revolusi: sebuah lentera merah.
Di panggung, lentera itu tidak hanya properti. Ia simbol ingatan kolektif sebuah bangsa tentang perjuangan.
Shen Wenli, yang memerankan Nenek Li, tampik menjadi jangkar pertunjukan. Suaranya bergetar. Terukur. Bahkan pada nada-nada nyanyian yang tinggi. Khas gaya modern jingju yang tetap menjaga stilisasi klasik.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Di sampingnya, Zhu Hong sebagai Tie Mei, sang cucu, bergerak dengan pola kaki yang tegas. Suaranya juga powerfull.
The Red Lantern terasa seperti dokumen sejarah yang diberi estetika. Ceritanya tidak berlarut-larut, tetapi bingkainya jelas: heroisme, pengorbanan, dan loyalitas.
Nah, pertunjukan kedua lebih klasik lagi. Yakni, The Great Immortal Herb Robbery. Itulah salah satu episode paling populer dalam rangkaian The Tale of the White Snake. Bertahun-tahun lalu, kisah itu hadir di televisi Indonesia. Judulnya: Legenda Ular Putih.
Cerita dimulai tentang pencarian Bai Suzhen, sang siluman ular putih, yang pergi ke gunung para dewa. Dia mencari obat untuk Xu Xian, sang suami.
ADEGAN PERKELAHIAN antara Bai Suzhen dengan salah satu siluman rusa di gunung.-Doan Widhiandono-
Tetapi, obat mujarab itu dijaga oleh para siluman. Yakni, siluman bangau dan rusa. Pertarungan pun terjadi. Penuh gerak akrobatik. Seperti yang dijanjikan Ghaffar Pourazar sebelum pertunjukan. ’’Banyak adegan kungfu,’’ ucap Ghaffar.
Dalam pentas itu Zhang Wanting tampil sebagai Bai Suzhen. Gerak tangannya halus, tetapi hentakan kakinya kuat. Itu ciri khas peran perempuan yang “kuat namun anggun”.
Sementara itu, pemeran siluman, Li Gen, Shao Muhan, Wang Kaiwen, Zhao Ke, dan Yao Zelong menjalankan tugas dengan presisi. Terutama karena sesekali mereka harus melemparkan tombak yang ditangkap dan dilempar dengan mudah oleh Bai Suzhen. Entah menangkap pakai tangan, kaki, pukulan, atau tendangan.