CONTOH GERAKAN opera yang dipraktikkan Ghaffar Puorazar di depan para jurnalis.-Doan Widhiandono-
Kepada Harian Disway, Ghaffar menunjukkan optimismenya terhadap masa depan Beijing Opera. “Anak-anak muda tetap datang. Sekolah-sekolah mengundang. Mereka penasaran,” katanya.
Beijing Opera bukan seni yang meredup. Ia terus mencari format baru untuk tampil di hadapan generasi yang visual dan cepat.
Dan Ghaffar adalah bagian dari keluarga besar opera. Ia menerima Great Wall Friendship Award pada 2014.
Julukannya kini memang bisa berubah menjadi “monyet tua”. Tetapi, generasi muda melihatnya sebagai contoh bahwa disiplin jingju bisa ditembus siapa saja. Bahkan orang asing yang tidak mengerti bahasa selama berbulan-bulan.
BACA JUGA:Festival Hanyi di Tiongkok, Tradisi Hangat untuk Mengenang Leluhur
BACA JUGA:Polisi Sita 439 Bal Pakaian Bekas Ilegal Diduga Asal Korsel, Jepang, dan Tiongkok
Sore itu, saat meninggalkan teater, saya melihat kembali pohon-pohon kuning di luar gedung. Angin menurunkan beberapa daun lagi, menambah tumpukan di trotoar.
Di dalam gedung, para seniman itu masih bergiat. Membereskan properti. Semangat mereka tidak gugur seperti daun-daun menjelang musim dingin itu… (*/bersambung)