Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (91): Raja Kera dari Barat

Sabtu 22-11-2025,13:26 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

Salah satu penjaga tradisi di Beijing Opera berasal dari Barat. Ia adalah Ghaffar Pourazar, si Raja Kera.

GHAFFAR Pourazar begitu aktif menyambut para jurnalis peserta China International Press Communication Center (CIPCC), Kamis, 30 Oktober 2025. Suaranya keras. Jauh lebih keras daripada pemandu yang memakai pengeras suara mini.

’’Ayo, ayo, langsung masuk saja. Anda bisa mengalami banyak hal di dalam,’’ ucap Ghaffar yang ketika itu memakai baju opera berwarna putih dengan salaman biru.

Ghaffar adalah lelaki berperawakan sedang. Usianya sekitar 60-an. Rambutnya sudah putih. Demikian pula kumisnya.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (90): Satu Panggung, Tiga Cerita

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

Ya, Ghaffar layak menjadi pusat perhatian di situ. Sebab, ia bukan orang Tiongkok. ’’Cari saja nama saya di internet. Ghaffar, Raja Kera,’’ ucapnya kepada para jurnalis.

Dan betul juga, namanya cukup dikenal. Ia kelahiran Iran, tetapi besar di Inggris. Sudah tiga dekade hidupnya diserahkan kepada Beijing Opera. Tepatnya, saat berumur 32 tahun, Ghaffar hijrah ke Tiongkok. Langsung melamar dan belajar di Beijing Opera. Untuk bisa mengisi peran-peran bela diri.

Cerita awalnya sederhana, tetapi dramatis. Pada 1993, di London, Ghaffar—saat itu seorang animator komputer—menonton pertunjukan Beijing Opera di Queen Elizabeth Hall. Ia tergerak. Sebab, semua seni yang dicintainya berkumpul dalam satu panggung. Akting, tari, pantomim, bela diri, akrobat: semuanya terhubung.

Tiga bulan setelah pertunjukan itu, ia meninggalkan hidup lamanya dan pindah ke Beijing. Belajar peran wu sheng, karakter fisik-militer yang membutuhkan stamina tinggi, teknik akrobatik, dan kontrol tubuh ketat.


HARIAN DISWAY (kiri) berfoto bersama Ghaffaf Puorazar seusai pertunjukan.-Dokumen Pribadi-

Tantangannya berlapis: ia mulai di usia dewasa, sendirian, tanpa bahasa Mandarin. Tetapi, kini Ghaffar sudah sangat fasih berbahasa resmi Tiongkok itu. Saat memandu, ia sesekali meminta kami menirukan ucapannya. Agar kami makin akrab dengan bahasa Mandarin.

’’Pokoknya, kalau Anda merasa pertunjukan ini bagus, atau ada adegan yang bagus, langsung saja teriak, ’Hao!’,’’ katanya. Kami yang menonton pun menirukan: haoooo…!

Sekian lama berkecimpung di Opera Beijing, penghargaan demi penghargaan pun diterima Ghaffar.  Ia adalah penerima Golden Dragon Award, penghargaan tertinggi untuk performer jingju amatir internasional.

Ia juga membuka International Peking Opera Center di Amerika Serikat. Ghaffar pun mengajar, mementaskan drama klasik dalam versi Inggris, mengajak tim Tiongkok tampil ke Malaysia, Inggris, Amerika, dan berbagai negara lain.

Kategori :