Sepatu Dahlan dan Guru Hebat Indonesia

Rabu 26-11-2025,07:33 WIB
Oleh: Immanuel Yosua T.*

DAHLAN kecil berdiri di lapangan voli. Ia ikut berlari, ikut melompat, ikut mengejar bola seperti anak-anak lain. Tanah yang keras itu sering membuat kakinya memerah, tetapi Dahlan sudah akrab dengan rasa perih kecil di telapak kakinya. 

Yang tidak pernah benar-benar ia biasakan adalah perasaan ketika melihat teman-temannya berlari dengan sepatu, sementara ia bertumpu pada kaki telanjang.

Bukan rasa sakit yang paling mengusik. Justru kerinduan sederhana itulah yang diam-diam selalu ia bawa: ingin punya sepatu. Ingin merasakan bagaimana rasanya melompat tanpa takut menginjak batu. Ingin berdiri di lapangan tanpa merasa berbeda. 

BACA JUGA:Dahlan Iskan di Rakernas PSMTI di Batu: Pengusaha Besar Tak Usah Dibantu, Tapi Jangan Diganggu

BACA JUGA:Dahlan Iskan Tagih Petinggi Woosh untuk Hadirkan Kereta Cepat Rute Jakarta-Surabaya

Sepatu itu kelihatannya sepele, tetapi bagi Dahlan kecil, sepatu adalah tanda bahwa ia boleh bermimpi setara dengan teman-temannya.

Dalam film Sepatu Dahlan, yang terinspirasi dari kisah masa kecil pendiri Disway dan tokoh pers nasional Dahlan Iskan tersebut, kerinduan itu bukan soal gengsi. Itu soal totalitas dalam kekaryaan. 

Sepatu itu akhirnya datang, bukan dari kantong orang tuanya yang sedang berjuang, melainkan dari sumbangsih teman-temannya yang diam-diam menyayanginya. 

BACA JUGA:Dahlan Iskan Gugat PT Jawa Pos, Tagih Rp 54 Miliar Dividen Lama

BACA JUGA:Pesan Dahlan Iskan untuk ICCWA di Perth: Jangan Balik ke Indonesia!

Mereka memberikan apa yang mereka mampu, dengan cara paling sederhana tetapi paling tulus. Hadiah kecil itu mengubah cara Dahlan memandang dunia: ia tidak sendirian.

Tahun ini, tema Hari Guru Nasional adalah Guru Hebat, Negara Kuat. Tema itu terasa berbeda ketika kita ingat kisah Dahlan kecil. Sebab, di balik seorang anak yang berlari tanpa sepatu tersebut, berdirilah guru-guru yang tidak membiarkannya runtuh oleh keadaan. 

Guru yang percaya kepada Dahlan bahkan ketika ia belum bisa percaya kepada dirinya sendiri. Negara dapat membuat banyak program. Namun, negara hanya menjadi kuat jika guru-gurunya kuat, seperti guru-guru yang pernah menuntun Dahlan kecil menemukan langkahnya.

BACA JUGA:Jawa Pos Adalah Dahlan Iskan (1): Dibesarkan dengan Cinta, Dibalas Air Tuba

BACA JUGA:Dahlan Iskan Adalah Jawa Pos (2-Habis): Ketika Media Menggugat Diri Sendiri

Kategori :