Pohon itu mekar antara pertengahan Desember hingga awal Januari. Karena warna dan waktu mekarnya, pohon itu dijuluki sebagai “Christmas Tree of New Zealand”.
Dalam beberapa kisah tradisional, Pōhutukawa dipercaya sebagai penghubung antara dunia fisik dan spiritual.
BACA JUGA:Kemeriahan Sambut Natal di DoubleTree by Hilton Surabaya, Ada Interior Santa Gift Shop
BACA JUGA:Sambut Natal, Wyndham Hotel Dorong Kesadaran Menjaga Lingkungan
Waktu mekarnya pun sering dipakai untuk memprediksi musim panas: makin awal mekar, makin panas cuacanya.
Keindahan bunga merahnya kerap muncul pada kartu Natal dan dekorasi rumah. Menjadikannya bagian penting dari identitas musim liburan di New Zealand.
Seluruh tradisi tersebut berujung pada makna yang sama. Merayakan kebersamaan, harapan, dan kehangatan keluarga.
Tradisi-tradisi itu mengingatkan bahwa perayaan Natal adalah tentang nilai-nilai yang mampu mempererat hubungan dengan orang terdekat. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga.