Seminar GEDSI KPS2K, Dengar Suara Perempuan dan Disabilitas

Kamis 27-11-2025,14:53 WIB
Reporter : Agustinus Fransisco
Editor : Salman Muhiddin

BACA JUGA:DPRD Gresik Minta Dinas Terkait Perbaiki Tanggul Sungai Anak Kali Lamong

Di Gresik, 603 ribu warga keluar dari kemiskinan dalam lima tahun terakhir. Total 9,95 persen penduduk masih miskin, dengan hanya 7,24 persen yang menyelesaikan pendidikan tinggi.

Itu angka yang jauh lebih rendah bagi perempuan dan penyandang disabilitas. Di Lumajang, lebih dari 40.400 penyandang disabilitas, hanya 4,08 persen yang menamatkan pendidikan tinggi.

Salah satu terobosan positif adalah dibukanya Sekolah Perempuan. Program itu membangun ruang aman bagi perempuan akar rumput untuk belajar dan bercerita.

Di Lumajang, misalnya, Sekolah Perempuan tidak hanya aktif dalam kondisi normal, tapi juga menjadi garda terdepan saat bencana.

Ketika erupsi Semeru terjadi, kader Sekolah Perempuan langsung mendata warga, mengorganisir pengungsi, dan memastikan kebutuhan perempuan dan anak terpenuhi.

BACA JUGA:Ketua DPC PDIP Gresik Mujid Riduan Wajibkan Parpol Benahi Sipol sebelum Tahun Berganti

BACA JUGA:Lengkapi Kasmaran, e-Asmara Jadi Wadah Aspirasi dan Aduan Warga Gresik


Iva Hasanah (tengah) sedang menerangkan materi tentang GEDSI, Kamis, 27 Novemeber 2025-Humas KPS2K -

"Mereka langsung mencatat berapa korbannya, padahal mereka juga korban. Meski panik, mereka masih fokus untuk membantu proses evakuasi," puji Perencana Muda pada  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lumajang Felicia Faustina.

Yang revolusioner adalah integrasi gerakan akar rumput ke dalam dokumen perencanaan daerah. Gresik menjadi satu-satunya kabupaten di Indonesia yang  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)nya secara eksplisit berperspektif GEDSI.

Indikator kinerjanya pun inklusif. Termasuk rasio anak pekerja migran yang mendapat perlindungan pasca pemulangan, isu yang muncul dari pengalaman Bupati Gresik dalam forum kepala daerah penanganan migran.

Di Lumajang, inovasi Dana Dusun memungkinkan partisipasi aktif kelompok rentan. Perempuan dan disabilitas juga dalam Musyawarah Dusun (Musdus). Mereka bukan hanya diundang, tapi diberi kamus usulan yang memungkinkan mereka mengusulkan program yang benar-benar dibutuhkan.

BACA JUGA:Unesa Inklusif! Tingkatkan Literasi Edupreneur Siswa Tunarungu di Gresik Lewat Damar Kurung

BACA JUGA:DPRD Gresik Prioritaskan Sumur Bor dan Kolam Retensi untuk Solusi Banjir

Namun, jalan masih panjang. GEDSI belum menjadi prioritas di tingkat desa, kapasitas perangkat desa dalam forum perencanaan masih terbatas, media dan penelitian belum optimal mendukung, dan data akurat untuk perencanaan masih minim.

Kategori :