Titimangsa Rilis Buku Antologi Naskah Monolog Di Tepi Sejarah, Hadirkan Happy Salma dan Ahda Imran

Jumat 28-11-2025,07:00 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Empat belas tokoh Di Tepi Sejarah, pementasan monolog yang diprakarsai Titimangsa, punya kisah hidup, peran, dan perjuangan masing-masing.

Ada yang berkiprah melalui seni. Seperti Gombloh dan Tan Tjen Bok. Lewat kegigihan sebagai seorang ibu seperti RA Soekirah, istri Oto Iskandar Di Nata. 

Ada pula yang berjuang lewat dunia jurnalistik. Seperti Tirto Adi Soerjo dalam pementasan berjudul Tirto: Tiga Pengasingan.

Kemudian monolog Sin Nio: Sepinya Sepi. Berkisah tentang seorang perempuan Tionghoa. Dia gigih berjuang demi Indonesia merdeka. Pun, belasan kisah-kisah lainnya.

BACA JUGA:Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah

BACA JUGA:Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Seri Ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina

Tokoh-tokoh itu berada di tepian sejarah. Nama mereka terpinggirkan dalam catatan besar perjalanan bangsa.


Happy Salma berbicara dalam perilisan buku Antologi Naskah Monolog Di Tepi Sejarah, 27 November 2025 di Gramedia Jalma, Jakarta.-Nadya Siregar-

Namun, peran mereka sangat signifikan. Termasuk dalam upaya menegakan kesadaran tentang makna keindonesiaan. 

Happy Salma, founder Titimangsa sekaligus produser Di Tepi Sejarah, hadir dalam perilisan buku Antologi Naskah Monolog Di Tepi Sejarah, 27 November 2025 di Gramedia Jalma, Jakarta. 

Buku itu memuat kumpulan naskah monolog yang pernah dipentaskan. Dia menjadi pembicara bersama Ahda Imran, sastrawan sekaligus penyunting buku itu. 

BACA JUGA:Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Seri Ketiga (3): Referensi Pelajar

BACA JUGA:Monolog ”Panggil Aku Gombloh” oleh Wanggi Hoediyatno; Mewujudkan Asa Sang Legenda Surabaya

Happy menyebut keempat belas tokoh dalam buku tersebut berasal dari berbagai latar belakang. Baik kultur maupun daerah di Indonesia.

"Monolog Di Tepi Sejarah dan buku ini adalah cara kita untuk mengetahui hidup dan kiprah masing-masing tokoh. Dihadirkan lewat seni. Karena seni adalah ruang paling lentur untuk menyampaikan gagasan-gagasan sejarah," ujar Happy.

Kategori :