Sekolah Perempuan Lumajang: Empati dan Aksi Nyata Kelompok Perempuan di Tengah Erupsi Semeru

Minggu 07-12-2025,16:12 WIB
Reporter : Agustinus Fransisco
Editor : Indria Pramuhapsari

Saat panik dan menyelamatkan diri, banyak warga yang kehilangan KTP dan KK. Dokumen-dokumen penting mereka juga tertimbun abu. Menggandeng Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil), Sekolah Perempuan membantu percepatan proses pemulihan data

"Kami bawa tas pertolongan pertama. Kami juga memberi dukungan emosional. Kami memberi kekuatan kepada korban evakuasi, biar tak berlarut dalam kesedihan," ungkap Indrawati.

BACA JUGA:Para Pendaki yang Terjebak di Semeru Berhasil Turun dengan Selamat

BACA JUGA:Erupsi Gunung Semeru Paksa 346 Warga Mengungsi

Perempuan 28 tahun itu menambahkan bahwa Sekolah Perempuan juga menyediakan rumah yang masuk zona aman sebagai tempat mengungsi. Mereka juga mencukupi kebutuhan konsumsi, logistik, dan air bersih warga yang terdampak. 

Sekolah Perempuan tak mau menunggu. Begitu melihat ada warga yang kesulitan, mereka langsung menawarkan bantuan. Tanpa diminta, mereka jemput bola.


PETUGAS Pos Pengaduan Sekolah Perempuan Desa Oro-oro Ombo melayani keluhan masyarakat terkait masalah administrasi kependudukan serta kekerasan perempuan dan kaum disabilitas-Narasumber untuk Harian Disway-

Mereka mendatangi rumah-rumah dan tenda pengungsian. Sasaran utama mereka adalah lansia, anak-anak, dan difabel. Mereka memantau keadaan dan memberikan pertolongan.

Inisiatif itu membuat Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, angkat topi. "Dukungan dari mereka luar biasa. Jangan sampai semangat ini putus," katanya saat mengunjungi posko pengungsian.

BACA JUGA:BMKG dan BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Antisipasi Banjir Lahar Dingin Semeru

BACA JUGA:SGN Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Erupsi Semeru

Gerak cepat Sekolah Perempuan dalam bencana Semeru tidak lepas dari rutinitas mereka. Selama ini, mereka melakoni program bertajuk Pos Pengaduan.

Di sana, masyarakat bisa mengadukan keluh kesah mereka. Salah satunya adalah keluh kesah soal kekerasan terhadap perempuan.

Program itu diinisiasi oleh lembaga Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (KPS2K) Jawa Timur.

Melalui Program Inklusi di Lumajang, mereka bekerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial P3A Lumajang untuk sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pasca bencana.

Tujuannya, membuat warga berani untuk speak up tentang kekerasan terhadap perempuan dan kaum disabilitas. Untuk tiap kasus yang dilaporkan, Sekolah Perempuan melakukan pendekatan yang berbeda-beda.

Kategori :