BACA JUGA:5 Buku Inspiratif yang Bisa Menemani Saat Butuh Ketenangan
Suasana diskusi buku A Tribute to Oei Hiem Hwie: Marga Oei yang 'Murtad' di Lodji Besar Peneleh, 10 Desember 2025.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
Narasumber Arif mengisahkan penahanan Hwie yang dilakukan tanpa pengadilan. Hanya karena keikutsertaannya dalam Baperki. Padahal, organisasi itu tak terkait dengan PKI.
"Sebenarnya Hwie ketika itu berhak atas pengadilan. Saat ini pun ia seharusnya berhak atas keadilan. Juga kompensasi atas masa penahanannya yang panjang," ungkapnya.
Senada, Nursjahbani menyayangkan adanya kelompok-kelompok yang ikut "dibersihkan" dalam peristiwa 1965-1966.
Selain Baperki, ada Gerwani yang sebenarnya tak terafiliasi dengan PKI. Namun, pada periode itu semua disamaratakan. Sehingga banyak dari mereka yang tak terlibat ikut jadi korban. Termasuk Hwie.
BACA JUGA:5 Buku yang Membangkitkan Nasionalisme dan Perjuangan Anak Muda, Sambut Sumpah Pemuda
Selain diskusi yang dimoderatori oleh Kezia Sofia dari LAMRI Surabaya tersebut, acara malam itu diramaikan oleh performance art dari Anotasi Monokrom, Valle Archam, dan Suar Marabahaya.
Yang jelas, ajang itu menaut satu benang merah. Semua sepakat. Bahwa sosok Oei Hiem Hwie layak disebut sebagai pahlawan literasi. (*)