Kasus itu dikomentari dua pakar. Kriminolog dari Universitas Indonesia, Prof Dr Adrianus Meliala, dan ahli psikologi forensik Reza Indragiri Amriel lulusan Universitas Melbourne, Australia, untuk gelar master. Mereka secara terpisah dimintai komentar wartawan dan mereka menyampaikan analisis kasus tersebut.
Adrianus mengatakan, itu bukan perampokan. Juga, pelaku adalah orang yang mengenal situasi kondisi di TKP. Baik menyangkut akses pintu, ruangan-ruangan di dalam rumah, maupun siapa saja penghuni rumah pada saat kejadian.
Adrianus: ”Bisa diduga, itu dilakukan oleh orang dalam. Bisa ART atau satpam, atau sopir, atau tamu yang datang tanpa termonitor dari satpam perumahan. Orang itu bukanlah orang lain. Bisa saja saudara, kenalan lama, diterima bertamu, dan tidak menimbulkan kecurigaan penghuni.”
Dilanjut: ”Eh… kemudian dalam ruangan ada anak yang melihat pelaku. Saya menduga pelakunya bukan orang lain, bukan orang jauh. Saya menduga polisi tentu memiliki feeling, dugaan untuk itu.”
Pelaku juga dikenal korban. Dengan demikian, pelaku tidak merusak pintu, tetapi diperbolehkan masuk oleh korban.
Motifnya, menurutnya, pelaku dendam kepada ortu korban. Bocah itu cuma jadi sasaran pelampiasan dendam.
Adrianus: ”Mungkin ada hubungan kurang baik antara pelaku dan keluarga korban. Kemudian, ada pencetus yang luar biasa, yang meletup, sehingga melahirkan suatu kemarahan, berbuah sembilan belas tusukan.”
Yang dimaksud ”orang dalam” tidak berarti keluarga korban. Bisa jadi temannya keluarga korban atau temannya orang yang bekerja di rumah tersebut. Intinya, orang yang tidak asing bagi keluarga korban.
Adrianus menampik rumor dugaan motif politik terkait jabatan Maman di PKS. Maman dipilih jadi dewan pakar 14 Desember 2025, pembunuhan 16 Desember 2025.
Adrianus: ”Kecil kemungkinan bermotif politik. Jabatan dewan pakar (Maman) bukan yang menimbulkan iri atau kecemburuan pihak lain. Intinya, pelaku dendam kepada keluarga korban.”
Sementara itu, Reza Indragiri berkomentar mirip Adrianus, yakni pelaku orang dekat keluarga korban. Bukan orang tak dikenal keluarga korban.
Pelaku diduga tidak mengincar korban. Mustahil anak segitu diincar dengan pembunuhan sesadis itu.
Reza: ”Boleh jadi pelaku mengincar pihak lain yang punya keterkaitan dengan korban. Misalnya, orang tua korban. Namun, karena pelaku tidak mungkin melakukan serangan frontal ke orang tua korban, korban dijadikan sebagai objek pengganti atau substitusi.”
Polisi belum bicara banyak kepada wartawan soal hasil penyelidikan sementara. Polisi tidak mengatakan dugaan-dugaan. Polisi cuma mengatakan, sudah delapan saksi yang dimintai keterangan. Mereka adalah orang-orang yang berada di lingkaran keluarga korban.
Pemeriksaan orang di lingkaran keluarga korban bisa mengarahkan polisi pada motif pembunuhan. Juga, siapa sasaran pembunuhan yang sebenarnya. Dari situ bakal terungkap pelakunya.
Disayangkan, dua pakar kasus kriminal itu cuma berkomentar. Mereka dimintai komentar wartawan. Lalu, mereka menyampaikan pendapat. Mereka tidak melakukan riset kriminologi atas kasus-kasus kriminal yang sangat banyak di Indonesia selama ini.