Rest Area Sumber Kemacetan
JALUR keluar Kota Sidoarjo arah selatan cukup padat kemarin. Terutama di daerah Candi. -BOY SLAMET-Harian disway-
SURABAYA, HARIAN DISWAY- Pengaturan ruang rest area jalan tol kini jadi masalah mudik 2022. Pengendara yang mengantre untuk mengisi bahan bakar, salat, ke toilet, makan, atau belanja mengular hingga mengakibatkan kemacetan parah.
Misalnya yang terjadi di Rest Area KM 754 A atau Sidoarjo Kota pukul 12.00 kemarin (4/5). Kendaraan mengular hingga dua kilometer ke arah selatan. Antrean membuat laju jalan tol menuju Porong atau Malang tersendat.
Kondisi itu juga diperparah dengan kepadatan di exit tol Sidoarjo kota. Tingginya jumlah kendaraan tak mampu diatasi oleh jumlah gerbang tol. Jika ditotal, kemacetan mencapai 5 kilometer.
Problem rest area terparah terjadi di Tol Cikampek-Palimanan pada puncak arus mudik Kamis (28/4), pekan lalu. Kemacetan terjadi hingga 14 kilometer. Prediksinya problem ini bakal terulang pada arus balik yang dimulai besok (6/5).
Sebelum mudik dimulai Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah mengatur durasi maksimal kendaraan di rest area: tidak boleh lebih dari 30 menit. Rupanya durasi itu masih terlalu lama.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menginstruksikan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) mempersingkat batasan waktu singgah di tol. Terutama bagi pengguna toilet. “Kami sampaikan ke masing-masing BUJT untuk memastikan orang yang menggunakan toilet, maksimal 10 menit,” ujar Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit dalam siaran persnya.
Kepadatan di rest area terjadi karena lokasi parkir kendaraan menjadi satu dengan area komersial atau fasilitas publik. Pengelola menyediakan tempat parkir tepat di depan toilet, swalayan hingga restoran. Sirkulasi kendaraan jadi tidak lancar.
Banyak usulan muncul. Semua rest area harus didesain ulang. Perlu area parkir khusus agar daya tampung lebih besar.
Contohnya di Rest Area KM 456 Tol Semarang-Solo atau Resta Pendopo 456 Salatiga. Area parkir dibuat terpisah. Pengunjung harus berjalan kaki ke area yang dituju.
Resta Pendopo 456 diklaim sebagai rest area termegah di tol Trans Jawa. Lokasinya berada di dekat exit tol Salatiga dengan desain bangunan khas Jawa berbentuk joglo. Terdapat galeri seni, tempat bermain, hingga ruang atraksi budaya di sana. Makanya lokasi tersebut juga menjadi salah satu destinasi wisata pengguna tol Trans Jawa.
Pakar Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Putu Rudy Setiawan mengatakan rest area memang menjadi pusat perputaran ekonomi yang menjanjikan. Namun, menurutnya tidak semua tempat istirahat itu bisa dijadikan destinasi wisata. “Kalau mau jadi sentral ekonomi, sekalian dibuat transit gate baru yang terhubung dengan jalan umum,” jelasnya kemarin.
Ia menegaskan bahwa fungsi rest area adalah tempat transit sementara. Bukan tujuan perjalanan. Pengendara tidak bisa berlama-lama di tol. Atau bahkan sampai menginap di rest aret.
Putu menyebut sistem kartu tol punya batas waktu. Dalam beberapa kasus terdapat pengendara yang tidak bisa mengakses kartunya karena sudah melebihi limit di tol. Alias kedaluwarsa. Mereka turut menyebabkan kemacetan karena tertahan di gerbang.
Menurutnya permasalahan di rest area tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Ia mengamati munculnya perubahan perilaku pemudik tahun ini.
Rest area jadi tujuan perjalanan sekunder sebelum mencapai titik akhir. Ada banyak magnet kuat di tempat itu. Mulai dari restoran ikonik daerah setempat, hingga kafe terkemuka. Orang jadi merasa perlu untuk mampir.
”Jadi bukan salah desainnya. Memang rest area tidak dikonsep begitu sejak awal. Dia hanya fasilitas pendukung, bukan destinasi,” kata Pakar Perencanaan Wilayah Kota (PWK) ITS tersebut.
Masalah juga terjadi setahun sekali, setiap mudik. Karena itulah ia merasa redesain rest area tol tidak perlu dilakukan secara besar-besaran.
Solusinya adalah papan pemberitahuan kapasitas rest area. Mirip papan kapasitas parkir di mal atau Park and Ride Surabaya. Putu menyarankan papan itu diletakkan di satu kilometer sebelum titik transit. Jika sudah penuh, pengendara tidak perlu ikutan mengantre masuk. Mereka bisa menuju titik transit selanjutnya atau mencari tempat istirahat di luar tol.
Selain persoalan rest area, Putu juga melihat pelanggaran di bahu jalan tol. Banyak pengendara menepi di jalur darurat karena tidak kebagian tempat di titik transit.
Pemandangan itu ia lihat saat perjalanan pulang dari Malang ke Surabaya. Mereka turut menyumbang kepadatan lalu lintas dan membahayakan pengendara lain. “”Itu sampai ada petugas yang mengatur. Padahal seharusnya petugas melarang mereka,” lanjutnya. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: