Buya Syafii Maarif Berpulang, Sempat Tolak Jadi Wantimpres Jokowi
Buya Syafii Maarif semasa hidup.-Muhammadiyah-Muhammadiyah
Kabar duka kembali datang dari Yogyakarta. Seorang ulama besar yang karib disapa Buya Ahmad Syafi'i Maarif meninggal, Jumat (27 Mei 2022), tepat pada pukul 10.05 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping.
"Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Semoga beliau husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, dan ditempatkan di jannatun na'im. Mohon dimaafkan kesalahan beliau dan do'a dari semuanya. Pemakaman informasinya menyusul," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam cuitannya di twitter.
Jenazah Buya Syafii Maarif disalatkan di Masjid Gedhe, Kauman, Yogyakarta, Jumat (27 Mei 2022). -Muhammadiyah-Muhammadiyah
Belum diketahui pasti penyebab meninggalnya. Kondisi kesehatan Buya Syafi'i memang sempat menurun sejak beberapa bulan lalu. Ia sempat dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Gamping karena serangan jantung ringan pada Maret.
Ia sempat menjalani perawatan selama dua pekan. Buya sempat dirawat di ruang ICU. Setelah kondisi membaik ia akhirnya dipindahkan ke kamar pasien.
Mantan ketua PP Muhammadiyah itu dikenal sebagai tokoh besar yang pemikirannya begitu progresif. Intelektual muslim sejati yang selalu menempatkan kerukunan dalam kehidupan berbangsa.
Bangsa Indonesia harus kehilangan lagi sosok yang teduh. Justru ketika berada di tengah ancaman disintegritas oleh kelompok-kelompok agama yang ekstrem.
Buya Syafi'i juga dikenal lama sebagai tokoh yang punya kritik keras terhadap kekuasaan. Namun, tetap bertindak adil dan objektif. Tidak ada kepentingan ego. Seluruh hidupnya telah diwakafkan untuk kepentingan hidup bersama.
Misalnya, Presiden Jokowi pernah menawarkan beliau jabatan sebagai Dewan Pertimbangan Presiden pada 2015. Namun, Buya Syafi'i menolak lantaran teguh pada sikap independen.
Baru beliau mau membantu saat ditawari sebagai tim independen. Yakni untuk mengatasi konflik antara KPK versus Polri di tahun yang sama.
Tentu masih banyak peran yang dilakoninya. Begitu banyak bangsa ini berhutang pada jasa-jasanya. Terutama pada pemikiran dan gagasannya yang senantiasa galak terhadap oknum pemecah keutuhan bangsa.
Kini, cendekiawan muslim kelahiran Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935 itu berpulang. Tepat di senja usianya yang bakal menginjak 87 tahun. Bangsa Indonesia berduka dan kehilangan sosok yang mengintepretasikan kerukunan dan kedamaian. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: