Ketika Jalan Tunjungan Hidup Gara-Gara Pandemi

Ketika Jalan Tunjungan Hidup Gara-Gara Pandemi

Tulisan penanda Tunjungan Romansa yang menjadi salah satu magnet foto di Jalan Tunjungan.-Rebecca-Harian Disway-

Perjuangan mereka kini mendapat dukungan dari pemkot. Rata-rata gedung di Tunjungan sempit. Pemilik cafe boleh meletakkan meja pelanggan di jalur pedestrian. Otomatis jumlah pengunjung yang digaet bisa lebih besar.

Kafe Gildak yang cukup digemari pengunjung kawasan jalan Tunjungan.-Rebecca-Harian Disway-

Pemilik cafe dan restoran yang selama pandemi sering tekor, kini mulai merasakan keuntungan. Manisnya kesabaran itu mereka petik tiga bulan terakhir, saat Indonesia berada di fase transisi menuju endemi.

Pemkot juga meluncurkan Tunjungan Romansa sejak 21 November 2021. Seniman jalanan bebas berkreasi setiap malam. Gerobak UMKM juga dijejer di sisi utara. Magnet Tunjungan semakin kuat. “Sayangnya sudah sebulan ini ditiadakan. Enggak ngerti kenapa,” keluh Fahad.

Pendiri Istana Karya Difabel Andy Elektrik adalah seniman yang rutin main di Tunjungan Romansa sejak November. Ia membawa 40 anak-anak difabel binaannya secara bergantian. “Memang sebulan ini belum ada panggilan,” kata vokalis Band Lamkoar itu.

Andy berharap pemkot meneruskan program yang terhenti sejak Lebaran itu. Sejak ada Tunjungan Romansa anak didiknya punya keberanian untuk tampil di hadapan publik. Selama ini mereka cuma jago kandang di Sentra Wisata Kuliner Arif Rahman Hakim.

Mereka bangga bisa ditonton ribuan orang yang berlalu lalang di Tunjungan. Banyak yang simpati dan memberikan apresiasi dengan memberi uang. 

Di hari biasa, pendapatan IKD bisa mencapai Rp 700 hingga Rp 900 ribu. Sedangkan di akhir pekan pendapatan selalu di atas Rp 1 juta. “Kalau ada setiap hari, ya jos. Bukan soal uangnya, tapi lebih ke ruang tampil bagi teman-teman difabel dan seniman lain,” jelasnya. (Salman Muhiddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: