Serial Dimaz Muharri (22): Kapok Tinggal di Apartemen

Serial Dimaz Muharri (22): Kapok Tinggal di Apartemen

Tiga bulan setelah menikah, Selvia Wetty sudah bathi. Artinya untung. Itu istilah yang biasa dipakai orang Jawa untuk menyebut kehamilan pertama. Bulan-bulan awal tinggal di Surabaya adalah masa yang berat bagi istri Dimaz Muharri itu.

---

SELVIA tidak langsung menyadari saat hamil muda. Dia memang tidak memperhatikan siklus haidnyi. Saat hamil itu, Via beraktivitas seperti biasa. Melihat Dimaz berlatih, main basket, nonton, dan sebagainya.

Awal tinggal di Surabaya Selvia stres. Di Jakarta, dia banyak teman dan tinggal bersama orang tua. Tidak pernah merasa kesepian. Di Surabaya, yang dia kenal hanya Dimaz yang hari-harinya sibuk dengan latihan basket.

Apalagi, saat pertama tinggal di Surabaya, Dimaz dan Via–sapaan Selvia– tinggal di Apartemen Dian Regency di daerah Keputih. Di apartemen 2 bedroom itu serasa tak punya tetangga. Begitulah tinggal di apartemen. Namun karena hanya berdua, paling praktis memang tinggal di apartemen.

"Tiba-tiba badan merasa tidak enak," kata Via. Itu terjadi saat kehamilannya sudah memasuki bulan ketiga. Menjelang bulan keempat. Mantan staf HRD Trans TV itu lantas mengonsumsi minuman herbal tradisional Tiongkok yang dibuat dari buah lo han kuo.

DIMAZ MUHARRI berpose di DBL Store Surabaya. (Fioto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Setelah minum itu, muncul flek. Dimaz langsung mengantar Via ke RSIA Putri Surabaya yang tidak terlalu jauh dari apartemen mereka. "Dokter menyuruh saya bed rest," kata mantan pemain Liga Basket Mahasiswa (Libama) Nasional dari STE Indonesia itu.

Menjalani bed rest paling berat saat ditinggal suami pergi latihan. Sebelum berangkat latihan, biasanya Dimaz menyiapkan semua keperluan Via. Termasuk makanan. "Nanti kalau latihan tolong HP dititipkan Bu Tun ya," pesan Via kepada Dimaz yang akan pergi latihan di GOR Kertajaya.

Bu Tun adalah perempuan yang membantu mengurus kebutuhan pemain CLS Knights di mess maupun saat latihan. Tidak biasanya Via seperti itu. Baru setelah bed rest selama seminggu dia berpesan seperti itu ke Dimaz.   

Ternyata itu firasat. Saat Dimaz latihan, Via mengalami pendarahan hebat. Dia langsung menelepon ke HP Dimaz. Namun tidak segera diangkat oleh Bu Tun. Dia kemudian ke kamar mandi. "Daster saya dari pinggang ke bawah sudah basah dengan darah. Rasanya tidak karu-karuan. Bingung tidak ada yang kenal di apartemen itu," kata Via.

Via terus berusaha menelepon ke HP Dimaz. Akhirnya diangkat oleh Bu Tun. Via minta tolong Bu Tun untuk memberikan HP itu ke Dimaz. Mendengar kabar tidak baik dari Via, Dimaz bergegas pulang. Masih memakai baju latihan. Juga sepatu.

"Saya terkejut lihat Muma di kamar mandi penuh darah. Panik sekali," kenang Dimaz. Muma nama panggilan sayang Dimaz kepada Via. Sebaliknya, Via memanggil Dimaz dengan sebutan Pupa.

Saat dibawa ke mobil pun, darah masih mengalir deras. Tembus ke jok mobil. Dimaz membawa Via ke RS Premier, Surabaya. Dokter menyatakan via keguguran. Harus dikuret. Dimaz dan Via tidak menghubungi orang tua mereka.

"Orang tua kami itu tipe mudah panik. Kami baru cerita setelah selesai operasi. Itu pun mereka langsung heboh," kata Via.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: