Sinergikan Pelabuhan dari Timur ke Barat
Di satu sisi operator yang biasa bekerja dengan tombol dan sistem otomatis tidak akan terbiasa bekerja dengan orang yang terlalu banyak. Di lain sisi, karyawan yang terbiasa kerja manual butuh waktu untuk menguasai teknologi.
Dalam situasi ini, pelabuhan yang masih sederhana harus ditingkatkan kemampuannya. Dengan begitu lalu lintas kapal bisa lebih banyak.
Peningkatan teknologi pelabuhan perlu dilakukan di Indonesia Timur. Bongkar muat yang biasanya dilakukan selama tiga hari bisa dipangkas menjadi sehari. Ekonomi dari timur ke barat dan sebaliknya pun bisa tumbuh. Pemerataan ekonomi yang dijanjikan Presiden Jokowi bisa terwujud.
Untuk mewujudkan itu, pelabuhan dengan teknologi canggih seperti di Terminal Teluk Lamong harus jadi standar pelabuhan nasional. Dengan begitu, alat yang ada di semua pelabuhan bisa disesuaikan dengan keinginan customer.
Ongkos logistik Indonesia juga harus diturunkan. Nilainya mencapai 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB). Masih kalah jauh dengan Singapura yang mencapai 8 persen. Uni Eropa, Jepang dan Korea 9 persen. Sementara Malaysia dan India sudah bisa menekan ke angka 13 persen.
Setelah dibedah, komponen ongkos logistik di laut mencapai 2,8 persen. Sedangkan di pelabuhan mencapai 1,4 persen. Biaya tertinggi ada pada inventory dan transportasi darat.
Angka itu bisa ditekan apabila Pelindo bisa memiliki banyak depo kontainer di masing-masing pelabuhan. Jika inventory Pelindo kuat, pengusaha pelayaran bakal berani menggunakan kapal besar. Jumlah muatan jadi naik. “Betapa dahsyatnya merger Pelindo nantinya,” lanjut Wendra.
Ia juga mengingatkan tujuan utama merger adalah meningkatkan pelayanan agar customer senang. Rumus merger juga bukan 1+1+1+1= 4. Namun empat pelabuhan yang bergabung itu menghasilkan angka 6, 10, atau bahkan lebih banyak. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: