Sex Education Musim Ketiga Jadi Relationship Education
Otis dan Ruby adalah pasangan paling tidak masuk akal. Ruby cewek terkeren di sekolah. Paling seksi, paling berkelas, dan paling anti pada cowok nerd seperti Otis. Ia sempat malu berkencan dengan Otis. Yang dia anggap bukan levelnya.
Lewat serangkaian pep talk yang meyakinkan, Otis berhasil membuka hati Ruby. Ia berkunjung ke rumah Ruby, bahkan langsung akrab dengan ayah dia. Tapi ketika Ruby bilang ’’I love you,’’ Otis menyadari bahwa ia tidak punya perasaan yang sama. Di sisi lain, Isaac mengaku telah menyabot pesan Otis. Dan Maeve memberinya kesempatan kedua. Duh…
Ya, musim ketiga ini lebih fokus menyoroti hubungan setiap pasangan. Eric (Gatwa) dan Adam (Connor Swindells), Ola (Patricia Allison) dan Lily (Tanya Reynolds), bahkan Jean dan Jakob Nyman (Mikael Persbrandt). Sehingga ini tak lagi terasa sebagai sex education. Melainkan relationship education. Alias pendidikan hubungan.
Hubungan setiap pasangan diekeplorasi hingga level paling emosional. Cinta, persahabatan, penerimaan diri, dan berdamai dengan perasaan sendiri menjadi fokus yang ingin disampaikan. Bersikap jujur—baik kepada diri sendiri maupun pasangan—adalah kunci menjalin hubungan yang sehat dan harmonis. Meskipun, tak sedikit juga yang berakhir dengan perpisahan.
Oh ya, anak-anak SMA Moordale sepertinya selalu bermasalah dengan kepala sekolah. Ayah Adam, Michael (Alistair Petrie) telah dipecat. Namun, penggantinya lebih buruk. Dia adalah Hope Haddon (Jemima Kirke). Pembawaannya sok cool, tapi aslinya konservatif minta ampun.
Dia membuat para siswa memakai seragam, memisahkan kelas pendidikan seks berdasarkan jenis kelamin, dan memperkenalkan sederet aturan baru. Yang tujuan utamanya adalah menekan gejolak hormon anak-anak remaja tersebut. Dia juga menghancurkan bangunan bekas toilet lama. Yang dulu dijadikan tempat praktik klinik seks Otis dan Maeve. Perlawanan para siswa terhadap si villain baru cukup seru dan penuh makna.
Non Binary
Kalau ada yang asyik dicermati di Sex Education musim ketiga adalah munculnya karakter non binary. Yakni orang-orang yang tidak menganggap diri mereka perempuan maupun laki-laki. Ada dua orang non-binary di sini. Yakni Cal (Dua Saleh) dan Layla (Robyn Holdaway). Meski tidak secara eksplisit di-bully oleh teman-teman, keduanya justru menerima perlakuan diskriminatif dari otoritas. Tepatnya dari sang ibu kepala sekolah.
KARAKTER CAL (Dua Saleh, tengah) mengajak kita berkenalan dengan golongan non-binary. Mereka tidak mengkategorikan diri sebagai perempuan maupun laki-laki.
Kita tidak akan mendapatkan teori dasar tentang apa itu non-binary di serial ini. Lebih dari itu, kita memahami kegamangan dan masalah yang mereka hadapi. Seragam, misalnya, adalah problem besar buat Cal. Berdasarkan aturan sekolah, dia harus memakai rok. Tapi dia tidak mau. Karena bukan cewek.
Oleh Hope, ia diizinkan memakai celana, tapi harus slim fit. Itu juga membuat Cal tidak nyaman. Karena busana ketat akan memperlihatkan lekuk tubuh perempuannya. Padahal, ia harus bekerja keras mengikat dada habis-habisan. Agar payudaranya tidak menonjol.
Masalah juga muncul ketika ia ditaksir oleh cowok, Jackson (Kedar-William Stirling). Mereka saling menyukai. Tapi Jackson ragu ketika Cal bilang bahwa ia akan berada dalam hubungan queer jika mereka berpacaran. ’’Aku kadang merasa bahwa kamu masih menganggap aku perempuan. Padahal bukan,’’ kata Cal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: