Surabaya Gelar Swab Massal di Sekolah
GUBERNUR Jatim Khofifah Indar Parawansa membantah data yang dirilis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek): muncul 165 kluster Covid-19 setelah pembelajaran tatap muka (PTM) di Jatim.
Kemendikbudristek juga mengakui kesalahan itu. Data sudah dihapus dari laman resmi kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim itu.
Pemkot Surabaya merespons rilis itu dengan menggelar swab massal di SD dan SMP. Meski rilis sudah diklarifikasi, Pemkot Surabaya tak membatalkan rencana swab massal untuk guru dan pelajar hari ini (27/9). ”Besok (hari ini,Red) swab digelar di SMP Wachid Hasyim,” kata Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Surabaya Utara Banu Atmoko kemarin (26/9).
Testing besar-besaran dilakukan untuk mencegah penularan. Terutama dari orang tanpa gejala (OTG) yang mayoritas adalah remaja.
Meski niatnya baik, Kepala SMP PGRI 6 Surabaya itu kurang setuju dengan swab massal tersebut. Ketentuan swab tidak tercantum pada SKB empat menteri yang memperbolehkan PTM. ”Yang ramai ada kluster itu Jakarta dan Jateng. Kenapa kami yang di swab? Anak-anak dan wali murid jadi takut,” kata Banu.
Menurutnya, syarat PTM yang ditetapkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sudah jauh lebih ketat dari ketentuan dari pemerintah pusat. Kuota siswa di kelas hanya 25 persen. Tidak 50 persen seperti daerah lain.
Guru yang mengajar juga direkam. Videonya lalu dilaporkan ke dinas setiap hari. Jam masuk dan pulang diatur agar tidak ada kerumunan. ”Kalau ada swab kami tidak menjamin semua mau. Kami serahkan keputusan ke orang tua atau wali murid,” lanjutnya.
Ia juga menyayangkan tidak ada pembahasan terkait rencana swab di sekolah itu. Sekolah hanya diberi surat perintah tugas (SPT) dari dinas pendidikan.
Ide swab di sekolah yang menggelar PTM datang dari Staf Khusus Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dokter Andani Eka Putra. Menurutnya upaya itu harus dilakukan untuk mencegah penularan. ”Pemerintah daerah yang mengizinkan PTM harus berani melakukan itu,” kata Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu.
Semakin banyak yang dites, angka penularan akan menurun. Yang ketahuan tertular dan tanpa gejala langsung diisolasi agar tidak menularkan ke teman sekelas atau guru.
Andani sukses dengan metode pool test Polymerase Chain Reaction (PCR). Inilah kunci pengendalian Covid-19 di Sumatera Barat. Ia menggabungkan sampel untuk mengidentifikasi suatu populasi dengan efektif dan efisien.
Teknik laboratorium itu bertujuan untuk mencari orang yang terinfeksi dari populasi yang besar. Misalnya ada 1.000 populasi. Semua sampel mereka diambil. Pengecekan dilakukan secara serial. Untuk tahap pertama bisa dibagi menjadi 5 pool. Masing-masing 200 tabung. Pada pool kedua, dari 200 tabung tersebut dibagi lagi 5, sehingga menjadi 40 tabung.
Untuk pool ketiga, dibagi lagi 5 sehingga tinggal 8 tabung. Dari 8 tabung tersebut, dibagi 4 sehingga hanya tinggal 2 tabung tersisa. Sisa 2 tabung tersebut yang diperiksa, jika hasil keduanya negatif, maka dapat dipastikan 1.000 orang yang dites tidak terkontaminasi virus. Jika ada tabung yang positif, hanya tabung itu yang diperiksa.
Selain lebih cepat, cara itu juga sangat menghemat biaya dan waktu. Andani sudah mengajarkan metode itu di berbagai daerah. Termasuk Surabaya. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Surabaya dibangun atas bantuan Andani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: