Surabaya Gelar Swab Massal di Sekolah
Tim dari padang dikirim ke Surabaya tahun lalu untuk mentransfer ilmu tersebut. Semakin banyak siswa dan guru yang dites, maka angka positivity rate Surabaya bisa menurun. Idealnya harus di bawah 5 persen sesuai standar WHO.
Saat ini penularan Surabaya sudah menurun drastis. Menurutnya, metode pool test sangat tepat dilakukan sekarang. “Justru kalau kasus sedang banyak, pool test tidak cocok dilakukan,” lanjutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya drg Febria Rachmanita sudah sering berkoordinasi dengan Andani. Tim lab di Surabaya juga menguasai teknik yang diajarkan Andani itu. “Iya. Bisa pakai pool test,” ujarnyi.
Namun metode itu harus dikomunikasikan dengan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Jika wali kota setuju, maka testing Surabaya bakal lebih masif.
Sementara itu, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim Teguh Sumarno meminta Kemendikbudristek lebih berhati-hati mengeluarkan rilis. Jika ada rilis serupa nantinya, ia data dibuka secara detail. ”Apabila memang ada, harus disebutkan sekolah mana saja yang menjadi kluster. Agar isunya tidak berkembang liar,” katanya.
PGRI Jatim berharap PTM terus dipertahankan. Banyak siswa yang ketinggalan pelajaran meski guru sudah berusaha keras memberikan pembelajaran jarak jauh.
Ia bahkan mengusulkan agar jam pelaksanaan PTM ditambah. Tidak hanya dua atau tiga jam. Tetapi, minimal 50 persen dari waktu normal sebelum masa pandemi. Misalnya, jika dulu 8 jam, maka sekarang minimal 4 jam.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim M Isa Ansori. Bahwa besar kemungkinan masih ada anak-anak yang terpapar Covid-19 pada bulan ini. Namun, ia tidak serta merta bisa disebut kluster. ”Jadi itu memang fakta. Pasti ada anak-anak yang sekarang terpapar. Tapi, apakah mereka terpapar saat PTM di lingkungan sekolah atau saat berada di luar. Itu yang harus diteliti,” jelas Isa.
Menurutnya, pemberitaan soal kluster PTM tidak rasional. Ia membandingkan dengan kebijakan dibukanya beberapa area publik selama ini. Seperti pasar, mal, kafe, dan lainnya. Bahwa hingga kini belum ada kluster-kluster yang muncul dari tempat-tempat tersebut.
Pemberitaan tersebut mengakibatkan sekolah menjadi korban stigma. Padahal, kata Isa, sekolah justru merupakan tempat yang lebih tertib dari area-area publik lainnya. Di sekolah tersedia satgas Covid-19. Itu artinya, penerapan protokol kesehatan (prokes) di sekolah bisa lebih disiplin. “Sehingga jadi agak aneh jika distigmakan ada kluster PTM seperti itu. Sekolah itu tempat yang baik dan bersih. Justru bisa membantu pemerintah untuk menurunkan risiko persebaran Covid pada anak-anak,” jelasnya.
Isa juga mengapresiasi Dinas Pendidikan Jatim yang tetap melanjutkan PTM. Menurutnya, pemberitaan kluster PTM itu bisa dijadikan bahan evaluasi. Yakni agar semua pihak menjadi lebih hati-hati dan waspada. “Saya lihatnya secara positif saja. Semoga ini bisa dijadikan evaluasi bersama,” tegasnya. (Salman Muhiddin-Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: