Dua Porsi Bikin Awet Muda
Satu porsi di warung Mbak Esrik berarti satu potong iwak panggangan yang sudah digoreng. Disajikan di atas cobek. Lengkap dengan sambal dan lalapan. Mau tahu harganya? Hanya Rp21 ribu. Menurut saya, itu relatif murah untuk ukuran ikan yang cukup besar.
Saat memakannya, ada bunyi ”kres”. Wow bagian badan ikan di atas cobek itu ternyata renyah di luarnya. Terasa kemeripik karena sisik ikan memang tidak dibuang. Sisik ikan inilah yang rupanya ikut diproses menjadi kering karena terkena asap dan hawa panas saat dipanggang.
Lantas digoreng sehingga jadi crunchy. Kering di sisik luar, tapi dalamnya tetap terjaga kelembapannya. Pasti kaya kalsium yang sangat baik untuk nutrisi tulang dan gigi. Belum lagi lemak perut ikan yang terlihat sangat tebal. Lemak iwak panggang ini lumer sekali di lidah. Lemak sehat tentunya.
Lalu ada rasa yang mewarnainya yaitu manis dari dagingnya. Gula otot atau glikogen pada ikan ini begitu muncul. Maka saya mengistilahkan iwak panggang Mbak Esrik juara karena ada kolaborasi gurih, kemeripik, dan manis. Sungguh memanjakan lidah.
Setelah membicarakan ikannya, giliran tentang sambalnya. Oh ya kalau saya memesan dua porsi tadi, itu karena ada dua sambal, manis dan asin. Semua gurih karena terasi. Ada rasa asamnya. Selain dari jeruk nipis, ada rasa asam dari bahan lain. Saya menduga itu asam Jawa. Terasa dari teksturnya yang sedikit lengket.
Saya memastikannya kepada Mbak Esrik. ”Sambalnya ada asam Jawanya ya Mbak?” ”Iya biar beda dengan sambal tempat lain, gimana rasanya?” Tentu saja saya bilang enak karena saya akui sambal Mbak Esrik memang lezat. Selain memang iwak panggangan makin maknyus kalau ditemani sambal apa pun.
Dua porsi iwak panggangan yang dipesan untuk sekali santap demi memenuhi selera yang sudah lama enggak terpenuhi selama pandemi. (Gangsar Aji Carnove untuk Harian Disway)
Mengingat saya makan saat jam 11 siang saat sedang sangat gerah dan panas, makan iwak panggangan Mbak Esrik dengan sambal superpedas itu semakin nikmat saja. Saya berkeringat sangat deras. Ya karena cuaca, ya karena kepedasan. Tapi anehnya membuat saya ingin mengunyah terus.
Saya enggak hanya melahap ikannya. Saya tandaskan semuanya sampai sisik ikan dan telurnya. Rakus. Tak masalah asal hormon endorphin atau hormon bahagia saya bisa melonjak hari itu. Namun, meski saking enaknya tapi saya takut memesan satu piring nasi lagi. Malu ah perempuan kok makannya banyak. Hahaha.
Untung warung Mbak Esrik tutup jam 1 siang sejak dibuka jam 7 pagi. Selera makan saya distop oleh jam buka warung yang segera berakhir. Tapi itu tidak akan menyurutkan saya untuk terus menikmati hidangan kesayangan. Kapan pun ngiler, saya pasti luangkan demi memenuhi selera lidah ini.
Anda mau juga? (*)
Ditulis oleh: Firitri (Traveller, ASN di Kecamatan Puri Pemkab Mojokerto).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: