Swab Massal Tak Temukan Siswa Positif Covid

Swab Massal Tak Temukan Siswa Positif Covid

PEMKOT Surabaya menargetkan seluruh siswa dan guru sudah diswab Senin (4/10). Testing massal itu dilakukan untuk mencegah munculnya kluster Covid-19 di sekolah.

“Kami gelar tes swab PCR setiap dua pekan sekali untuk antisipasi kluster PTM (pembelajaran tatap muka,Red),” ujar Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kemarin. Rentang waktunya lebih cepat ketimbang saran Kementerian Kesehatan: swab di sekolah cukup sebulan sekali.

Eri tampaknya tak mau kecolongan. Sebab, jika ada satu sekolah yang menjadi kluster Covid-19, maka nama Surabaya jadi taruhannya. Pemkot tak mau itu terjadi. PTM harus digelar serentak agar potensi learning loss tidak semakin parah.

Swab sudah digelar sejak Jumat (24/9). Sebanyak lima ribu murid dan guru sudah dites. Mereka berasal dari 18 sekolah swasta dan negeri. Hingga kemarin belum ada satu pun yang dinyatakan positif.

Kemarin giliran SMPN 12 yang menggelar swab untuk 200 siswa dan guru. Mayoritas siswa kelas 9 yang mendapat giliran pertama. Sebab merekalah yang paling sering ikut pembelajaran tatap muka di sekolah. “Hari ini kelas 9 G sampai I,” ujar Perawat UKS SMPN 12 Mey Selviyanti kemarin. Swab digelar selama empat hari. Sebanyak 65 guru dan karyawan sekolah juga harus diswab.

Semua sekolah wajib menjalankan instruksi swab tersebut. Sekolah yang tidak bersedia dites tidak diperbolehkan menggelar PTM. Di sisi lain swab juga digelar atas seizin wali murid. Mereka yang tidak bersedia dites, dipersilahkan kembali belajar di rumah.

Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita menargetkan swab massal tahap pertama tuntas Senin (4/10). Surabaya bisa melakukan swab dengan cepat karena pemkot menggunakan metode yang disarankan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Kami pakai pool test,” ujar Feni, sapaan akrab Febria kemarin.

Metode itu dipopulerkan dr Andani Eka Putra. Kepala Laboratorium Universitas Andalas Padang itu kini jadi tenaga Ahli Kementerian Kesehatan.

SISWI SMPN 12 memejamkan mata saat hidungnyi dikorek oleh petugas kesehatan. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Metode pool test sukses dilakukan di Sumatera Barat. Lima sample dijadikan dalam satu tabung lalu dites sekaligus. Jika hasilnya negatif, maka tes tidak perlu diulang. Jatah sekali swab bisa dipakai lima orang. Jika positif, maka lima sample dites semua. Pemerintah bisa menghemat biaya hingga 70 persen.

Metode ini bisa dilakukan tenaga Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Surabaya. Mereka sudah dilatih oleh anak buah dr Andani tahun lalu. “Sekarang bisa periksa 7 ribu sample setiap hari,” kata Feni.

Dengan kekuatan laboratorium itu, swab massal dua pekan sekali bisa dilakukan. Selain sekolah pemkot juga akan menggelar swab massa di lokasi yang jadi langganan kluster Covid-19. Yaitu pasar tradisional dan perkantoran.

Dokter Andani mengatakan, swab massal tidak bisa digelar hanya di satu kota saja. Semua harus melakukannya secara serentak agar dampaknya dirasakan secara nasional. “Saya inginnya pondok pesantren harus dijangkau,” katanya.

Kluster pondok pesantren sudah berkali-kali muncul. Penularannya bisa sangat masif karena santri terisolasi di pondok dalam ruang lingkup yang relatif kecil.

Ada 28.984 Pondok Pesantren dan 4.290.626 santri di seluruh Indonesia. Jatim memiliki ribuan pesantren. Menurut data Kementerian Agama, ada 5.131 Ponpes di Jatim. Namun data PWNU Jatim menyebut ada lebih dari  12 ribu. “Pemerintah daerahnya perlu komunikasi ke sana,” lanjut pria kelahiran 15 Agustus 1972 itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: