Rian D’Masiv Orbitkan Weda Nanda, Talenta Muda Surabaya
Rian sendiri yang menulis lagunya. Mengisahkan tentang cinta anak remaja kekinian. Judul lagunya memang berbahasa Inggris. Namun, Rian meyakinkan, bahwa seluruh liriknya berbahasa Indonesia. Materinya pun ringan sehingga mudah dipahami dan relatable buat kalangan anak muda.
Inspirasinya datang dari kebiasaan generasi Z yang kerap punya bayangan berlebihan saat menyukai seseorang atau sesuatu. Terutama artis. Istilah bekennya, halu. Diambil dari kata halusinasi.
’’Kan anak sekarang suka bilang halu. Jadi kosa kata itu saya masukkan ke sana,’’ ungkap Rian. Ia bilang, penyusunannya relatif cepat. ’’Pagi-pagi tetiba dapat mood nulis. Jadi langsung saja saya eksekusi. Kemudian saya tunjukkan ke Weda, dan dia suka. Setelah itu kita langsung workshop. Menyusun semua hal yang dibutuhkan,’’ paparnya.
Dari segi aransemen lagu, karakter Rian saat menyusun lagu buat D’Masiv masih sedikit terasa. To Die For merupakan tipikal lagu pop mainstream dengan suara gitar dan drum yang dominan. Ditambah suara violin serta mini orkestra di penghujung lagu menghasilkan nuansa dramatis. Semuanya serasa mengelilingi vokal Weda.
Sebagai remaja berusia 14 tahun, teknik vokal Weda sudah mumpuni. Buktinya, ia sudah sukses memukau penonton selama tur perkenalan single. Ternyata ia berlatih vokal dengan Rayen Pono. Rayen adalah mantan personil Pasto, duo besutan Maia Estianty. Duo itu populer pada akhir dekade 2000an, dengan lagu Tanya Hati serta Aku Pasti Kembali.
Optimisme Produser
Sebagian orang mungkin menganggap Weda beruntung. Pada awal berkarier di dunia hiburan, ia langsung bertemu sosok-sosok berpengalaman. Baik produser maupun pelatih vokalnya adalah orang yang sudah makan asam-garam di ranah musik Indonesia.
Namun, anggapan itu justru ditanggapi berbeda oleh Rian. Terlebih dirinya sudah cukup banyak berdiskusi dengan Rayen tentang bakat serta segala kemungkinan yang dapat dicapai Weda.
Keduanya sepakat bahwa tantangan yang akan dihadapi Weda bakal sangat besar. Mereka menilai kalau remaja 14 tahun itu ibarat kertas kosong yang harus ditulisi. Artinya, bakatnya harus terus diasah dari waktu ke waktu. Ia juga harus terus diberi kesempatan mengembangkan sayap. Dan itu sudah menjadi tugasnya sebagai produser.
Banyak orang menyebut cara bernyanyi Weda mirip dengan Rian, Pasto, bahkan penyanyi lain.
’’Itu pasti. Karena Weda ini masih baru. Namun, sejauh ini saya menekankan pada dirinya bahwa Weda adalah Weda. Ia adalah penyanyi yang berdiri sendiri, dengan karakter berbeda dari yang lain. Saya dan Rayen tidak ambil pusing soal komentar orang lain,’’ tegas Rian. (Retna Christa-Ajib Syahrian)
BERBEKAL teknik vokal, warna suara, dan mental bandel, Weda Nanda siap mengarungi industri musik Indonesia yang keras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: