Bertemu Dua Tokoh setelah Meditasi

Bertemu Dua Tokoh setelah Meditasi

Karena terpaksa serta agar terhindar tuduhan membangkang, juga agar selamat dari fitnah PKI, banyak penganut Budda Jawi Wisnu yang mengganti agamanya. Termasuk Legino ketika itu, yang mengisi kolom agama di KTP-nya sebagai Buddha.

Mengenai kisah tersebut, Harian Disway pernah menemukan seorang penghayat Budda Jawi Wisnu yang tinggal di daerah Balun, Lamongan. Namanya Jamal. Ketika almarhum ditemui beberapa tahun lalu, usianya hampir mencapai 90 tahun. Tentang peristiwa itu, ia masih ingat banyak.

Mbah Jamal -panggilannya- mengaku manut-manut saja ketika disuruh mengisi kolom agamanya menjadi Hindu. ”Tapi saya bukan Hindu. Saya ini Budda Jawi Wisnu. Kepercayaan saya punya tata cara yang sama sekali lain dari Hindu,” ungkapnya ketika itu.

Ia dan istrinya melakukan peribadatan sendiri. Termasuk bersamadi dan merayakan bulan-bulan suci. ”Sama. Saat itu saya juga memilih melakukan peribadatan sendiri. Namun sejak peristiwa itu saya terus berjuang. Bagaimana caranya agar agama Budda Jawi Wisnu berani muncul lagi. Meskipun tak diakui,” ujar Legino.

Memang pada dekade ’70an yang relatif tenang, ia kembali berusaha menemukan sesepuh-sesepuh agamanya di urabaya dan di berbagai daerah Jawa Timur. Pertama, Legino ingin bertemu Poniman, guru yang membuatnya mendalami Budda Jawi Wisnu dan mengucapkan sumpah setia di hadapannya.

Ketika mencoba datang ke rumah Poniman di daerah Tambaksari, rupanya nihil. Rumahnya kosong. ”Orangnya pindah. Tak diketahui ke mana pindahnya,” ujarnya. Legino, yang saat itu masih bernama Kusnadi, lantas berinisiatif menemui sesepuh-sesepuh Budda Jawi Wisnu yang lain.

Seperti pandhita Partowijoyo dan Prayit, seorang manguyu-uyu, dalam struktur organisasi Budda Jawi Wisnu semacam humas. Hasilnya nihil. Mereka berdua ternyata sudah pindah rumah.

Setelah melakukan meditasi spiritual, Legino mendapat petunjuk bahwa kedua sesepuh itu masih ada di Surabaya. Ia melakukan pencarian, sambil bertanya-tanya pada banyak orang.

Diketahui bahwa Partowijoyo saat itu berada di daerah Sawahan, Surabaya. ”Saya mencarinya dan ketemu. Beliaulah yang pertama kali saya kunjungi,” kenangnya.

Ketika pintu rumah diketuk, Partowijoyo membukanya dan terkejut. “Jagad Dewa! Kok masih ada saja yang mencariku!,” ujarnya ketika itu, seperti ditirukan Legino. ”Apa maksudmu kemari, Kus?,” tanyanya pada Legino, yang waktu itu masih dipanggil Kusnadi.

Legino memberitahu gurunya bahwa keadaan sudah relatif tenang. Ia merasa perlu untuk mengumpulkan kembali para penganut kepercayaan Budda Jawi Wisnu. ”Tapi beliau tidak berkenan. Kondisi masih mencekam. Tapi juga berpesan bahwa pada saatnya nanti agama kami akan kembali lagi,” ujarnya.

Selanjutnya, ia menemui Prayit, manguyu-uyu Budda Jawi Wisnu. Lokasinya di sebelah selatan Pasar Tambakrejo. Namun Prayit enggan mengatakan apa pun. Berkas-berkas dan dokumen juga tak ditunjukkannya kepada Legino.

Hingga meninggal dan dimakamkan di Babat, Lamongan, dokumen dan segala berkas Budda Jawi Wisnu yang dipercayakan padanya, tak diketahui di mana rimbanya. Itulah yang membuat Legino bertanya-tanya. (Guruh Dimas)

 Selanjutnya: Masa kecil Legino dan Romo Resi Kusumodewo...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: